Internet menjadi kebutuhan penting pada dunia digital saat ini. Sebagai anak perusahaan dari PT PLN Persero, ICON+ sejak tahun 2021 masuk ke dunia retail yang menyediakan layanan internet untuk publik dengan merek Iconnet.
Berbekal jaringan fiber optic yang membentang di seluruh wilayah Indonesia, ICON+ ditugaskan untuk mengurus bisnis telekomunikasi dan teknologi informasi baik untuk PLN Group maupun perusahaan bisnis lainnya. Komposisi pendapatan perusahaan saat ini adalah 40% dari PLN Group dan 60% dari luar PLN Group.
“Di zaman pandemi, perubahan digital yang terjadi di banyak pihak seakan terdorong akibat pandemi. Perusahaan utilitas dipaksa lebih memanfaatkan aset dan mendekatkan diri kepada pelanggan agar bisa memenuhi kebutuhan mereka,” papar Ignatius Rendroyoko, Direktur Electricity and Wholesales Business ICON+ pada acara Jakarta Marketing Week ke-9, Rabu (9/6/2021).
ICON+ saat ini memiliki jaringan fiber optic pada infrastruktur yang dibangun bersamaan dengan instalasi ketenagalistrikan. Perusahaan juga diberi kekuasaan untuk mengelola Right of Way untuk seluruh jaringan tegangan rendah, jaringan tegangan menengah, dan jaringan tegangan tinggi. Hal ini pun menjadi keunggulan kompetitif ICON+ di pasar teknologi, informasi, dan telekomunikasi Tanah Air.
“Kami berharap setiap pelanggan listrik bisa memperoleh layanan internet dengan mudah karena jaringan listrik sudah disertai dengan jaringan fiber optic yang mampu menjangkau sampai ke rumah. Ke depan, bisnis kami akan lebih termobilisasi berkat adanya mobility network, aplikasi, dan kolaborasi antarbidang sehingga semua layanan bisa dinikmati secara terintegrasi,” ungkap pria yang akrab disapa Yoko ini.
Bagi perusahaan, pasar retail lebih menantang lantaran sudah sangat banyak pemain yang ada di dalamnya. Meski begitu, peluang besar masih terbentang luas di Indonesia. Pasalnya, penetrasi internet keluarga di Indonesia oada tahun 2019-2020 baru mencapai 15%. Pada Maret 2021, pasar ini hanya naik 3%. Sehingga, dibanding harus melakukan kompetisi, Yoko dan para pemain lain lebih memilih untuk menjalin kolaborasi.
“Tantangan adalah soal infrastruktur yang dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Untuk itu, kami tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri dan membutuhkan bantuan kontribusi, perhatian dan semua stakeholder, termasuk para kompetitor,” tutup Yoko.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz