PT Indo Premier Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang rebound pekan ini. Hal ini ditopang sejumlah sentimen di antaranya neraca perdagangan Indonesia, suku bunga Bank Indonesia (BI), serta data inflasi Amerika Serikat (AS).
“IHSG panas dingin pada minggu lalu tertekan sektor teknologi dan properti atau real estate. Teknologi yang melemah ini terimbas bursa global yang sektor teknologinya juga melemah. Sektor properti dan real estate ada profit taking karena beberapa minggu lalu sempat menguat,” kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas Rifqi Satria Dinandra dalam keterangannya di Jakarta, Senin (13/2/2023) .
BACA JUGA: Jelang Akhir Tahun, Fenomena Window Dressing Bisa Dorong IHSG Terkerek
Dia menjelaskan konsensus memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan kembali surplus sebesar US$ 3,26 miliar pada Januari 2023, dari sebelumnya tercatat surplus US$ 3,89 miliar pada Desember 2022. Sementara itu, konsensus memperkirakan BI akan menahan tingkat suku bunga acuannya pada pertemuan Februari ini, setelah menaikkan sebesar 25 basis poin menjadi level 5,75% pada Januari 2023 lalu.
Terkait inflasi AS yang akan diumumkan pada 14 Februari waktu setempat, dia menyebut sejauh ini konsensus memperkirakan inflasi akan turun lagi ke 6,2% dari sebelumnya 6,5%.
BACA JUGA: Mirae Asset Prediksi IHSG Bertahan di Tengah Berbagai Tekanan
“Inflasi AS menjadi salah satu data yang dinanti investor untuk memperkirakan arah kebijakan The Fed,” ujar Rifqi.
Dalam kesempatan ini, dia menjelaskan secara umum saham-saham pada pekan lalu tertopang oleh laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2022. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tercatat tumbuh 5,01% year on year (yoy) ditopang oleh sektor transportasi dan pergudangan, akomodasi, serta makanan dan minuman karena peningkatan mobilitas masyarakat dan kunjungan wisatawan mancanegara.
“Secara tahunan PDB Indonesia tumbuh 5,31 persen yang tertopang pengeluaran dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93% yoy dan menjadi sumber pertumbuhan terbesar 2,61 persen,” ucap Rifqi.
Selain itu, sentimen positif pada pekan lalu juga berasal dari cadangan devisa yang naik menjadi sebesar US$ 139,4 miliar Januari 2022, dari sebelumnya US$ 137,2 miliar pada Desember 2022. Dia menjelaskan peningkatan ini disebabkan oleh penerbitan global bonds pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
Dia pun merekomendasikan buy untuk trading hingga 17 Februari 2023 mendatang pada saham-saham, di antaranya sektor keuangan BBRI (Support: 4.780, Resistance: 4.980), BBCA (Support: 8.650, Resistance: 9.050), BMRI (Support: 10.150, Resistance: 10.650), dan BBNI (Support: 9.400, Resistance: 9.800).
Sektor barang konsumen nonprimer, yaitu RALS (Support: 680, Resistance: 720), dan sektor barang baku yaitu SMGR (Support: 7.500, Resistance: 8.125), INTP (Support: 11.225, Resistance: 12.000) dan MDKA (Support: 4.600, Resistance: 4.860).