Iklan Tiga Menit, Bukan Berarti NET TV Tidak Laku

marketeers article

Sebagai stasiun televisi baru, NET TV menghadirkan berbagai gebrakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia yang menginginkan tayangan berkualitas, mendidik, dan menghibur. Meski berusia muda, NET TV terus menerapkan berbagai langkah untuk memasarkan dan meningkatkan penjualan. NET TV sadar betul bahwa revolusi media membuat mereka harus meninggalkan cara-cara penjualan yang lama.

Salah satu strategi yang diterapkan NET TV adalah menerapkan kebijakan iklan yang lama penayangannya hanya tiga menit. NET percaya hal ini akan berdampak positif bagi pengiklan dan penonton. “Dengan kebijakan iklan hanya tiga menit, iklan akan lebih ditonton dibandingkan iklan yang lamanya tujuh menit. Jadi, jangan hanya melihat CPRP (Cost per Rating Point),” ujar Wishnutama Kusubandio, CEO Netmedia kepada Marketeers.

Ia menambahkan bahwa dengan hanya menampilkan iklan selama tiga menit akan membuat penonton nyaman. Selain itu,  iklan lebih bisa diterima penonton sehingga para pengiklan merasa senang. Wishnutama mengatakan bahwa masih ada orang yang menganggap NET TV tidak laku. Padahal iklan-iklan memang sengaja ia tahan. Bukannya tidak laku, sambung Wishnutama, NET TV lebih mempertimbangkan kenyamanan penonton.  

Ia menjelaskan bahwa beriklan di NET TV itu mahal. Penentuan harga ini menentukan kelas NET TV. Jika NET TV dianggap tidak laku,  pendapat itu salah. Dengan mulai masuknya revenue dari iklan, pertumbuhan penjualan NET TV pada Maret 2015 ini naik 30 kali dibandingkan Maret setahun lalu. Hal ini tentu perkembangan yang menggembirakan untuk NET TV sebagai televisi baru.

Wishnutama rupanya banyak belajar dari cara media di Amerika Serikat memasarkan medianya. Ia mengatakan bahwa ada perubahan yang sangat signifikan. Sekian lama para pengiklan dan agen hanya melihat rating maupun CPRP, tanpa melihat konten. Namun, di AS hal ini sudah beubah.

“Kalau di sana sudah jelas siapa targetnya, misalnya perempuan, ya harus jelas acaranya dan parameternya. Kalau sekarang semuanya disasar. Masa iya sih kita ingin menghabiskan uang dan waktu untuk sesuatu yang mubazir. Apalagi di era digital seperti ini yang tidak bisa hanya mengandalkan lembaga riset saja. Banyak parameter-parameter baru yang bisa kita lakukan dengan sosial media,” pungkasnya.

Related