Ikuti Google, Tiga Chipset AS Akan Hentikan Bisnis dengan Huawei

marketeers article

Perang dagang antara Ameria Serikat dan China nampaknya berbuntut panjang, khususnya ke industri teknologi. Presiden Donald Trump yang pekan lalu mendeklarasikan kondisi darurat nasional atas ancaman terhadap teknologi AS, melakukan pencegahan penggunaan teknologi Amerika untuk digunakan oleh entitas asing.

Buah hasilnya, setelah Google menghentikan berbagai kerja sama bisnis dengan Huawei yang menyebabkan gawai ini kehilangan akses pembaruan sistem operasi Google, Android, tiga entitas bisnis Amerika menyusul langkah yang diambil Google. Sebelumnya, Donald Trump pun telah memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perdagangan mereka.

Mengutip dari The Verge, perusahaan chipset seperti Intel, Qualcomm, dan Broadcom segera menghentikan kerja sama dengan Huawei. Bahkan menurut laporan Nikkei, pembuat chipset asal Jerman Infineon Technologies juga menunda pengirimannya ke Huawei mengikuti jejak perusahaan chip memori AS Micron Technology dan Western Digital.

Tentu kondisi ini akan menjadi beban berat bagi Huawei. Selama ini, Intel ada penyuplai prosesor dan chip server untuk jajaran laptop Huawei. Di lain sisi, Huawei terlihat bisa bertahan dengan jika kerja sama dengan Qualcomm terputus. Pasalnya, mereka telah membangun prosesor dan modem mobile sendiri. Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa Huawei sudah mengantisipasi kemungkinan ini dengan menimbun chip dari pemasok Amerika untuk bertahan hingga tiga bulan.

Selain itu, Huawei juga sudah mengembangkan alternatif sistem operasi milik mereka sendiri untuk mengantisipasi kemungkinan buruk lainnya terjadi. Mengutip laman Huawei Central,  Maret lalu CEO Huawei Richard Yu mengatakan perusahaan telah mengembangkan sistem operasi sendiri yang diberi nama “Hongmeng” yang sudah aktif sejak tahun 2012.

Padahal, Microsoft sendiri belum memberikan komentar apakah mereka akan terus menyediakan sistem operasi Windows untuk laptop Huawei atau tidak -meski kemungkinan besar akan tunduk ke peraturan pemerintah AS.

Editor: Sigit Kurniawan

Related