IMA Chapter DKI Jakarta Soroti Adopsi Teknologi di Industri FMCG

marketeers article

Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter DKI Jakarta bersama T-Rec Indonesia menggelar Member Gathering & Networking. Ajang ini mengangkat bahasan mengenai praktik bisnis dan adopsi teknologi di industri fast moving consumer goods (FMCG).

“Kecepatan dan validitas data adalah elemen kunci dalam industri FMCG. Kami berusaha menghadirkan solusi teknologi yang tidak hanya mempermudah, tetapi juga memastikan pengambilan keputusan yang lebih akurat,” kataAde Wicaksono, Chief Marketing Officer T-Rec.id kepada Marketeers.com beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: HMNS Gaet Hati Gen Z Lewat Pendekatan Humanis

T-Rec sebagai platform tracking dan recording berbasis Android dan iOS, dirancang untuk mensinergikan kerja tim lapangan dengan kantor pusat. Teknologi ini memungkinkan perusahaan FMCG memantau aktivitas lapangan, memvalidasi data, dan mempercepat pelaporan secara real-time.

Dengan populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 268 juta jiwa dan tersebar di 16.000 pulau, solusi ini menjadi relevan untuk mengelola distribusi dan penjualan di lebih dari 4,5 juta outlet, yang sebagian besar masih berupa toko tradisional.

BACA JUGA: Brand yang Humanis, Filosofi HMNS Membangun Diferensiasi

Ade menambahkan bahwa banyak perusahaan masih bergantung pada proses kerja manual yang rentan terhadap kesalahan dan memakan waktu.

“Dengan fitur seperti geo-location, validasi lokasi tim, dan proximity lock, T-Rec memastikan data yang dihasilkan tim lapangan lebih valid dan dapat langsung digunakan untuk analisis,” jelasnya.

Sejak diluncurkan 9 tahun silam, T-Rec terus berkembang. Kini platform ini tidak hanya menjadi alat supervisi, tetapi juga menyediakan Advanced Dashboard yang dilengkapi dengan teknologi machine learning untuk analisis data yang lebih mendalam.

Hingga 2021, T-Rec telah melayani ribuan pengguna di seluruh Indonesia, dari perusahaan lokal hingga multinasional, dengan cakupan 800.000 gerai.

“Kami akan terus berinovasi, mulai dari pembaruan fitur hingga integrasi dengan platform lain seperti HRIS atau sistem manajemen distributor, demi menciptakan ekosistem yang lebih terpadu,” pungkas Ade.

Di kesempatan yang sama, Amron Naibaho, Co-Founder sekaligus COO HMNS Perfume, membagikan kisah perjalanan brand parfum lokal yang kini menjadi salah satu pilihan utama konsumen Indonesia.

“Kami memulai HMNS dengan prinsip sederhana, yakni fokus pada kebutuhan pasar, menjaga produksi tetap fleksibel, dan memaksimalkan sumber daya internal,” ujar Amron.

HMNS Perfume yang dirintis oleh tiga pengusaha muda memulai bisnis dengan skema bootstrapping, yakni menggunakan modal internal tanpa melibatkan investor eksternal. Menurut Amron, strategi ini memungkinkan mereka untuk menjaga kendali penuh atas arah perusahaan.

“Dalam hal produksi, HMNS memilih untuk memulai dengan skala kecil. Kami tidak langsung memproduksi ribuan unit. Kami selalu melakukan tes pasar terlebih dahulu untuk memahami respons konsumen,” jelasnya.

Pendekatan ini membantu HMNS menghindari risiko kelebihan stok dan memastikan setiap produk yang dikeluarkan memiliki permintaan yang jelas. Selain itu, HMNS juga menghindari praktik flush out, yaitu strategi penurunan harga untuk menghabiskan stok lama, yang dapat merusak kepercayaan pelanggan.

“Kami lebih memilih menjelaskan kepada konsumen bahwa produk kami bersifat terbatas. Ini menciptakan eksklusivitas dan meningkatkan loyalitas pelanggan,” tambah Amron.

Dengan fokus pada permintaan pasar, HMNS memiliki sistem yang memungkinkan mereka memproduksi berdasarkan kebutuhan harian. Misalnya, jika sebuah produk baru terjual 1.000 unit dalam batch pertama, mereka akan menghitung kebutuhan harian untuk menentukan jumlah produksi selanjutnya.

Sistem ini memastikan HMNS tetap responsif terhadap kebutuhan konsumen tanpa menghadapi masalah overstock. HMNS Perfume membuktikan bahwa dengan strategi yang matang dan pendekatan yang berfokus pada konsumen, sebuah merek lokal dapat berkembang pesat.

“Kunci keberhasilan kami adalah konsistensi dalam memahami pasar dan menjaga kualitas produk,” tutup Amron.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS