Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan sebanyak 22 negara menolak untuk mengekspor beras ke negara lain. Hal ini disebabkan adanya kekeringan panjang yang terjadi hampir di seluruh negara.
Jokowi mengatakan saat ini kondisi dunia makin menantang, terutama masalah perubahan iklim yang kian nyata.
BACA JUGA: Antisipasi El Nino, Bulog Amankan 750.000 Ton Stok Beras
Bahkan, kepala negara menyebut masalah yang dihadapi dunia tidak makin membaik dan justru memburuk. Oleh karena itu, diperlukan langkah nyata dalam mengatasi masalah perubahan iklim.
“Kekeringan super El-Nino betul-betul kita rasakan dan produksi beras turun hampir di semua negara, 22 negara mengerem, setop ekspor berasnya lagi. Ini kondisi yang dulunya belum pernah terjadi,” kata Jokowi dalam pembukaan BNI Investor Daily Summit (IDS) 2023 di Hutan Kota by Plataran, Senayan, Jakarta, Selasa (24/10/2023).
BACA JUGA: CIPS: Peran Bulog Perlu Ditinjau Kembali dalam Rantai Pasok Beras
Menurutnya, kondisi diperburuk dengan pelemahan ekonomi dunia. Amerika Serikat (AS) sebagai pengendali transaksi dunia melalui mata uang dolarnya masih terpuruk sehingga berdampak pula pada negara lain, terutama emerging market.
Belum selesai perang Rusia dan Ukraina, kondisi diperburuk dengan perang di Timur Tengah. Situasi Israel dan Palestina terus memanas hingga sekarang.
Hal itu berpotensi mengerek harga minyak mentah yang sekarang masih berada di level US$ 89 per barel. Kendati demikian, jika situasinya terus memanas harga minyak bisa menyentuh level US$ 150 per barel.
“Inilah yang harus kita waspadai. Hati-hati semuanya, baik sisi moneter maupun sisi fiskal,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk