IMF 2024 Sumsel Bagikan Strategi Pemasaran Hadapi Era Ketidakpastian
Di tengah era digital yang penuh gejolak, para pemasar dihadapkan dengan tantangan besar, termasuk ketidakpastian politik dan ekonomi internasional yang menambah kompleksitas strategis. Dalam menghadapi kondisi ini, penting untuk menemukan “copilot” yang mampu mengoptimalkan dampak pemasaran.
Keseimbangan antara pemasaran berbasis kinerja dan pembangunan merek, serta pemanfaatan teknologi secara maksimal, menjadi kunci untuk menambah nilai dalam situasi yang tidak menentu. Menyikapi tantangan ini, MCorp bersama MarkPlus Institute mempersembahkan The 12th Indonesia Marketing Festival Sumsel dengan tema “Pilot Marketing: Flying in Turbulence.”
Festival ini menggambarkan dinamika yang dihadapi pemasar dalam menavigasi turbulensi pasar yang makin kompleks. Seperti seorang pilot yang harus mengarungi cuaca buruk, pemasar harus mengatasi gejolak, seperti serangan siber, gangguan sistem global, dan ketidakpastian politik.
BACA JUGA: Indonesia Marketing Festival 2024 Kupas Strategi Pemasaran di Tengah Ketidakpastian
Tema ini menggarisbawahi pentingnya strategi adaptif yang menggabungkan pemasaran berbasis kinerja dan pembangunan merek, serta sinergi antara manusia dan artificial intelligence (AI) untuk mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan.
“Dengan tema Pilot Marketing, kami menekankan bahwa meskipun pesawat adalah alatnya, kemampuan pilot lah yang menentukan keberhasilan penerbangan. Oleh karena itu, acara ini akan membekali peserta sebagai pilot dengan pengetahuan dan strategi untuk menghadapi tantangan saat ini dengan lebih efektif,” ujar Dimas Soerojo, National Head Sales MarkPlus Institute dalam acara IMF Sumsel yang diselenggarakan di Aryaduta Palembang, Kamis (8/8/2024).
Dalam sesi Pilot Marketing: Flying in Turbulence, yang disampaikan oleh Ardhi Ridwansyah, COO MarkPlus Institute, berbagi rekomendasi pemasaran dan strategi yang relevan untuk menghadapi era ketidakpastian diungkapkan dengan mendalam. Ardhi memulai dengan hasil survei yang menyatakan faktor kualitas menjadi pertimbangan utama bagi konsumen dalam memilih produk atau jasa.
“Harga memang penting, namun bukan faktor utama dalam pengambilan keputusan. Tidak semua tentang diskon. Diskon mungkin efektif dalam jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang, itu bisa merusak merek,” ujar Ardhi.
Ardhi juga membahas dua strategi pemasaran yang diamati selama semester pertama tahun ini, yaitu performance marketing dan brand building. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh MCorp, promosi yang menggunakan digital channel menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan metode tradisional yang mulai mengalami penurunan.
Performance marketing sering kali fokus pada promosi diskon dengan tujuan kuantitas, yakni mendapatkan sebanyak mungkin pendaftaran atau pembelian. Namun, ia merekomendasikan bahwa strategi ini harus diintegrasikan dengan brand building.
BACA JUGA: IMF Joglosemar Campus Day Bekali Para Mahasiswa dengan Konsep CI-EL
Dalam membangun brand yang kuat (brand building), Ardhi menjelaskan bahwa ada rumus dasar yang harus diperhatikan, yaitu Positioning, Differentiation, dan Branding. Positioning berkaitan dengan citra yang ingin dibentuk dalam identitas perusahaan serta kategori produk.
Differentiation adalah tentang apa yang membedakan produk atau jasa dari kompetitor. Sementara itu, Branding mencakup visualisasi seperti nama, logo, dan warna, namun itu belum cukup untuk disebut brand jika belum memberikan positioning yang jelas.
Ardhi juga menekankan pentingnya kombinasi manusia dan teknologi sebagai copilot untuk mengoptimalkan dampak. Dampak yang dimaksud bukan lagi menekankan pentingnya keuntungan bisnis, tetapi juga mencapai aspek 5P: People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership.
“Untuk mencapai dampak yang maksimal, kombinasi manusia dan teknologi harus berjalan. Bukan hanya keuntungan bisnis yang kita kejar, tetapi juga bagaimana kita dapat mencapai aspek 5P tersebut,” tutur Ardhi.
Editor: Ranto Rajagukguk
