The 12th Indonesia Marketing Festival (IMF) kembali hadir di Sumatera Selatan (Sumsel). Tahun ini, festival marketing terakbar ini datang berkunjung ke Universitas Sriwijaya Bukit dengan mengangkat tema Pilot Marketing: Flying in Turbulence.
IMF 2024 Sumsel Campus Day hadir dengan memberikan perspektif yang beragam dan penting mengenai bagaimana kreativitas, inovasi, kewirausahaan, dan kepemimpinan dapat diterapkan untuk mencapai kesuksesan dalam berbisnis. Untuk memberikan beragam insight menarik ini, IMF 2024 Sumsel Campus Day menghadirkan berbagai pembicara dari berbagai sektor industri, seperti Elizabeth, Bank Sumsel Babel, dan Iwak Ikan Giling Indonesia.
Resti Ghita Pribadi selaku Brand Manager Elizabeth menjelaskan mengenai pentingnya kolaborasi antara departemen di kantor pusat dan tim di kantor cabang, serta peranan teknologi dalam pemasaran merek fashion tersebut.
“Tidak bisa kita pungkiri, teknologi itu sangat membantu sebuah perusahaan untuk bisa beroperasi lebih efektif. Salah satu contohnya kita menggunakan marketplace untuk dapat memasarkan produk Elizabeth, sehingga kita bisa meningkatkan revenue dan awareness. Kita cuma punya 90 toko di Indonesia, tapi dengan kita berjualan di marketplace, kita bisa cover konsumen yang ada di Papua,” ujar Resti.
BACA JUGA IMF 2024 Sumsel Bagikan Strategi Pemasaran Hadapi Era Ketidakpastian
Dalam kesempatan yang sama, Ade Prafitri dan Zacery Lovianira Pratami, selaku Duta Pelayanan Bank Sumsel Babel membagikan strategi pemasaran yang dilakukan pihaknya lewat inovasi dan digitalisasi.
“Bank Sumsel Babel sudah berinovasi, semakin canggih agak tetap relevan di era digital ini. Digitalisasi kita harus bertransformasi, karena kita akan ketinggalan kalau tidak bertransformasi, apalagi zaman sekarang Gen Z ini pola pikirnya digital, mau yang cepat,” kata Ade Prafitri.
Sejalan dengan konsep dari buku “Reimagining Operational Excellence,” pengembangan buku “Entrepreneurial Marketing” karya Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, Hooi Den Huan, dan Jacky Mussry, IMF 2024 Sumsel Campus Day juga menawarkan pemahaman mendalam mengenai konsep CI-EL (Creativity, Innovation, Entrepreneurship, Leadership) dan PI-PM (Productivity, Improvement, Professionalism, Management) serta penerapannya dalam dunia pemasaran saat ini.
Dalam sesi Insight Session Entrepreneurial Marketing, Raditya Tanu selaku Principal MCorp membuka sesi dengan data entrepreneurship di Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Berdasarkan laporan Tempo, Indonesia tertinggal di belakang Malaysia dan Thailand dalam hal kewirausahaan, dengan hanya 3,47% dari populasi yang menjadi entrepreneur, sedangkan negara-negara maju mencapai 10-12% .
“Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan lebih banyak entrepreneur agar Indonesia dapat mendekati standar negara-negara maju,” kata Raditya.
Tantangan yang dihadapi termasuk memastikan usaha yang dijalankan dapat berkelanjutan, tetap fokus, dan konsisten di era kompetitif saat ini. Seiring dengan kemajuan bisnis, tantangan yang dihadapi juga makin besar, terutama dalam hal kreativitas dan inovasi yang sering kali kurang.
BACA JUGA Dua Instansi Pemerintah Sumsel Terima Public Service Award 2024 untuk Pelayanan Publik Terbaik
Raditya juga membahas laporan McKinsey & Company mengenai Award Creativity Score (ACS), yang mana terdapat hubungan langsung antara kreativitas dan inovasi terhadap kemajuan suatu perusahaan.
“Kreativitas dan inovasi memiliki korelasi positif dengan dampak perusahaan, termasuk pertumbuhan pendapatan, nilai saham, dan nilai perusahaan. Perusahaan dengan image yang baik dan persepsi yang positif di mata publik cenderung memiliki saham yang tinggi,” ujar Raditya.
Agar tetap relevan dan adaptif dengan kebutuhan pelanggan, perusahaan yang agile di era perubahan perlu memahami konsep CI-EL: Creativity, Innovation, Entrepreneurship, dan Leadership. Kreativitas adalah kemampuan menghasilkan ide baru yang berbeda, sedangkan inovasi adalah proses menjadikan ide tersebut solusi yang dapat diimplementasikan (desirable), dapat direalisasikan (feasible), dan berdampak (viable).
Selanjutnya, entrepreneurship melibatkan optimalisasi peluang dalam situasi yang ada, analisis SWOT, pengelolaan risiko, dan kolaborasi. Di sisi lain, leadership juga diperlukan untuk mengarahkan tim, menjaga nilai-nilai perusahaan, dan memastikan semua anggota bergerak ke arah yang sama.
Konsep CI-EL ini harus diimplementasikan melalui proses operasional yang disebut Operational Excellence, yang terdiri dari Quality, Cost, Delivery, dan Service (QCDS).
BACA JUGA IMF 2024 Riau Kepri Campus Day Bekali Mahasiswa Konsep Entrepreneurial Marketing
“Keempat aspek ini disebut sebagai Operational Excellence, yang memastikan bahwa bisnis tidak hanya sukses dalam pemasaran, tetapi juga berkelanjutan dan efisien dalam operasionalnya,” tutur Raditya.
Selain membahas Entrepreneurial Marketing, Campus Day pada The 12th Indonesia Marketing Festival Sumsel juga mempersembahkan Diplomat Success Challenge, yang merupakan kolaborasi antara MarkPlus Institute. Kompetisi ini menawarkan dana sebesar 2,5 miliar rupiah untuk ide bisnis terbaik dengan tema “Blue Economy,” yang berfokus pada energi maritim, memberikan kesempatan yang relevan dengan kebutuhan dan potensi sumber daya alam Indonesia.
Editor: Ranto Rajagukguk