IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Asia Pasifik Jadi 4,6% pada 2023

marketeers article
Ilustrasi ekonomi. | Foto: 123RF

Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk Asia Pasifik. Perubahan ini seiring besarnya potensi pertumbuhan kawasan, terutama didorong pemulihan Cina dan ekonomi “tahan banting” di India

Dilansir dari CNBC, Selasa (2/5/2023), lembaga internasional itu memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) Asia Pasifik meningkat 4,6%, lebih tinggi 0,3% dari proyeksi Oktober tahun lalu. Dari target itu, laporan IMF menunjukkan kontribusi terhadap pertumbuhan global mencapai 70%.

Pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik mencapai 3,8%.

BACA JUGA: IMF Pangkas Target Pertumbuhan Global, Ekonomi Makin Suram?

“Asia dan Pasifik akan menjadi kawasan utama yang paling dinamis di dunia pada 2023, terutama didorong oleh pandangan optimis Cina dan India,” kata IMF dalam laporannya.

“Dua negara dengan ekonomi pasar berkembang terbesar di kawasan ini diperkirakan menyumbang sekitar separuh dari pertumbuhan global tahun ini, dan sisanya di Asia dan Pasifik akan menyumbang seperlima,” ujar lembaga tersebut.

Berdasarkan negara, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk Cina, Malaysia, Filipina, dan Laos menjadi masing-masing 5,2%, 4,5%, 6%, dan 4%. Meskipun memangkas proyeksi untuk pertumbuhan setahun penuh India, IMF masih memperkirakan ekonomi negara ini naik sebesar 5,9% pada tahun 2023.

BACA JUGA: IMF Perkirakan Ekonomi Cina Pulih Lebih Cepat, Ini Indikasinya

Krishna Srinivasan, direktur departemen Asia dan Pasifik IMF menyarankan bank-bank sentral di kawasan itu untuk memantau stabilitas harga.

“Kami percaya bahwa inflasi ini tetap tinggi, bank-bank sentral perlu mengawasi inflasi dan mengatasi masalah ini secara langsung. Jadi apa yang kami katakan adalah ‘lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama’ untuk Asia,” ucap Srinivasan.

Perekonomian negara maju yang lebih lambat

Terlepas dari optimisme secara keseluruhan untuk kawasan ini, sebagian karena prospek positif untuk pasar-pasar negara berkembang, IMF memangkas proyeksi untuk Jepang, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Korea Selatan.

“Permintaan eksternal yang lebih kuat dari Cina akan memberikan kelonggaran bagi negara-negara maju di kawasan ini, tetapi diperkirakan sebagian besar akan lebih tinggi daripada hambatan dari faktor-faktor domestik dan eksternal lainnya,” tutur IMF.

IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jepang tahun 2023 menjadi 1,3%. Hal ini didasari dari permintaan dan investasi eksternal yang lebih lemah akibat pertumbuhan yang mengecewakan pada kuartal terakhir tahun 2022.

Lembaga internasional itu turut memperkirakan penurunan permintaan dalam negeri di Australia dan Selandia Baru karena kebijakan ketat bank sentral akan mengurangi prospek pertumbuhan menjadi masing-masing 1,6% dan 1,1%.

Kontribusi Cina

IMF mengatakan konsumsi yang tinggi di Cina akan menyebar ke seluruh Asia Pasifik seiring pembukaan aktivitas ekonomi setelah mencabut sebagian besar pembatasan ketat COVID-19. Alhasil, peningkatan konsumsi swasta akan mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi Cina.

Efek tersebut diperkirakan melebihi pendorong pertumbuhan lainnya, seperti investasi. Dampak jangka pendek dari pemulihan Cina kemungkinan besar bervariasi di seluruh negara, dengan negara-negara yang sangat bergantung pada pariwisata akan menuai manfaat paling besar.

Related