Kesadaran untuk berbisnis sekaligus memberi social impact makin kentara di era sekarang. Profit dan purpose harus bisa bertemu dalam keseimbangan. Artinya, bisnis bisa dijalankan dengan dua misi yang berimbang, yakni untuk profit sekaligus untuk dampak sosial.
Para investor pun semakin menyadari hal ini. Investor yang memiliki kesadaran akan social impact tidak akan sembarangan dalam menanamkan investasinya. Mereka akan menanamkan investasinya kepada bisnis rintisan yang memiliki visi dan misi yang sama dengannya. Di sini, investasi tidak dimotivasi oleh sebesar-besarnya profit saja, tetapi oleh keberpihakan pada pemberdayaan kemanusiaan.
Dengan demikian ada dua impact, yakni social impact dan financial impact. Keduanya menjadi KPI dari bisnis rintisan yang mereka beri investasi. Impact investment ini berbeda dengan Venture Capital (VC) reguler yang biasanya lebih condong untuk mencapai tujuan bisnis, yakni profit.
Bedanya dengan bisnis sosial model Yunus (Lihat bagan), impact investment memiliki market rate return lebih kecil sama dengan. Sedangkan untuk model Yunus, market rate return-nya lebih besar sama dengan dan prosesnya terbilang lama. Sebab itu, disebut dengan patient fund.
Di Amerika Serikat, Gilded Rogue Enterprises, menjadi salah satu contoh perusahaan investasi yang mengusung impact investment ini. Suatu saat, ada sebuah peternakan dan pabrik di pinggiran AS yang terancam tutup karena tren urbanisasi. Dulunya, pabrik dan peternakan itu mampu menjadi sumber kehidupan orang-orang desa di sekitarnya.
Sejak urbanisasi tiba, anak muda lebih memilih pergi bekerja ke kota. Bahkan, generasi terkini dari pabrik dan peternakan itu juga tidak mau mengurusnya karena lebih tergiur untuk pergi ke kota. Di situlah Gilded datang untuk membeli sebagian pabrik dan peternakan itu dan kembali mengoperasikannya.
Menariknya, Gilded akhirnya menerapkan sistem koperasi yang mana banyak orang akhirnya merasa memiliki perusahaan itu. Perusahaan yang mau tutup itu akhirnya hidup dan kembali memberdayakan ekonomi di sekitarnya. Gilded berhasil melakukan investasi yang berhasil membuahkan neighborhood economy.
Impact Investment: AS ada Gilded, Indonesia ada Patamar
Di Indonesia, salah satu perusahaan investasi yang juga berinvestasi dengan model sepert itu adalah Patamar Capital atau dulu dikenal Unitus Impact. Patamar Capital berbasis di Silicon Valley dan peduli pada penggalangan dana untuk Livelihood Impact Fund dengan investasi miliaran rupiah. Dana ini khusus untuk mendanai perusahaan-perusahaan yang memiliki dampak sosial – khususnya di Asia Tenggara dan India.
Tetapi, Patamar tak sekadar fokus pada bisnis rintisan berbasis teknologi. Perusahaan ini juga menarget perusahaan-perusahaan komersial yang mengusung misi social impact – khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup warga miskin.
Sementara, bisnis-bisnis rintisan yang mendekati konsep bisnis tersebut, antara lain Toraja Melo, Javara, Burgreens, dan Kakoa. Toraja Melo bukan bisnis biasa yang sekadar mengejar keuntungan dari produk-produk tenun khas Toraja. Toraja Melo juga mendesain bisnisnya untuk social impact, yakni mengubah kondisi sosial dalam hal ini pemberdayaan perempuan yang senada dengan presentasi Laina Greene dalam acara ASEAN Marketing Summit 2017 beberapa waktu lalu.
Pendiri Toraja Melo meyakini, melalui pemberdayaan ekonomi, perempuan Toraja mampu memperbaiki kesejahteraan keluarga. Pemberdayaan ini memampukan perempuan untuk mengusung hak-haknya – selain tentunya mampu mengurangi angka kemiskinan di sana.
PT Kampung Kearifan Indonesia atau JAVARA mengusung semangat yang sama. Perusahaan ini terinspirasi oleh keanekaragaman hayati dan kini telah merangkul sekitar 500 ribu petani dari Sabang sampai Merauke.
JAVARA mengaku bekerja dengan lebih dari 50.000 petani dan 2000 pengrajin makanan, menjual lebih 600 produk makanan keanekaragaman hayati berbasis masyarakat organik menggunakan etika dan prinsip.
Impact Investment as Poverty Alleviation
Memang demikian, salah satu sifat dari impact investment adalah poverty alleviation alias pengurangan angka kemiskinan. Termasuk juga terbangunnya financial inclusion atau inklusi keuangan yang mana masyarakat miskin mampu mengakses layanan-layanan keuangan.
Dari kacamata Marketing 3.0 – pemasaran yang beriorientasi pada nilai dan human spirit – yang melakukan impact investment inilah yang disebut dengan investor 3.0. Investor ini tidak hanya memiliki wawasan bisnis semata, tetapi juga wawasan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat terpinggirkan dan juga wawasan penyelamatan lingkungan. Jadi, bukan sekadar profit yang dicapai, tetapi juga kebaikan pada people dan planet.
Pada akhirnya, melakukan impact investment adalah pilihan. Apakah Anda yang berlebih dana mau menanamkan modalnya untuk kehidupan yang lebih baik atau sekadar mencari profit? Impact investment is the new kind of investment!
Editor: Sigit Kurniawan