Kota Sibolga memiliki banyak potensi di bidang perdagangan, pelabuhan, dan jasa. Kota seluas 10,77 km persegi pernah memiliki masa kejayaan ekonomi. Memiliki potensi yang begitu banyak, Sibolga siap memaksimalkannya untuk pemulihan ekonomi pascapandemi.
Disampaikan oleh Walikota Sibolga Syarfi Hutauruk, Sibolga memiliki potensi perikanan sebesar 1,7 juta ton. Sayangnya, yang termanfaatkan baru sekitar 500 ton. Itu pun sudah diekspor ke berbagai negara tetangga seperti Thailand, China, Hongkong Jepang, Korea, Singapura,dan Malaysia.
“Tapi kami tidak memiliki pabrik ikan. Pengolahan hasil tangkap ikan tidak ada. Dan teknologi penangkapan ikan perlu ditingkatkan. Kami pun berusaha untuk memaksimalkan pembangunan pelabuhan,” ujar Syarfi dalam acara Government Roundtable Series COVID-19: New, Next, & Post, Senin (27/07/2020).
Walikota Sibolga mengatakan, angka pengangguran semakin bertambah semenjak tidak diperbolehkannya penggunaan pukat ikan untuk menangkap ikan. Sehingga banyak kapal alat penangkapan ikan ada yang mati suri dan tidak dapat digunakan.
Di masa pandemi COVID-19, sama seperti wilayah lainnya, terdapat penurunan dari industri pariwisata di wilayah Sibolga. Untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi di sektor ini, Walikota Sibolga memberikan stimulus untuk pengusaha hotel dan restoran, serta diberlakukannya keringanan pajak selama tiga sampai enam bulan.
“Kami juga meringankan retribusi pasar hingga 50% dan keringanan retribusi PDAM mulai dari 30% hingga 40%,” imbuh Syarfi.
Syarfi menambahkan, salah satu strategi pemulihan ekonomi yang diterapkan adalah dengan memanfaatkan Sibolga sebagai kota pelabuhan, perdagangan, dan jasa. Dari sisi logistik, pemerintah daerah akan memaksimalkan pelabuhan sebagai tempat transit barang untuk ke Pulau Nias.
“Ini bisa menjadi strategi bagi pedagang lokal kami untuk memaksimalkan penjualan. Untuk barang kebutuhan pokok, kami juga akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan daerah dan pulau-pulau lainnya di sekitar kami,” tutup Syarfi.
Editor: Ramadhan Triwijanarko