Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Januari 2024 impor komoditas ke Indonesia mencapai US$ 18,51 miliar atau setara Rp 289,3 triliun (kurs Rp 15.630 per US$). Capaian tersebut mengalami penurunan sebesar 3,13% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Amalia Adininggar Widyasanti, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS menuturkan penurunan impor sejalan dengan kinerja industri minyak dan gas bumi (migas) serta nonmigas. Masing-masing nilainya mengalami penurunan (mtm) sebesar 19,99% menjadi US$ 2,70 miliar dan 0,48% menjadi US$ 15,81 miliar.
BACA JUGA: Impor RI Turun, Neraca Dagang Desember 2023 Surplus US$ 3,31 miliar
“Penurunan impor nonmigas terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 35,24%, sedangkan peningkatan terbesar pada mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar 17,89% (mtm),” kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/2/2024).
Dari sisi negara utama asal impor, ada tiga negara yang berkontribusi besar untuk impor nonmigas. Adapun negara tersebut, yakni Cina sebesar US$ 5,95 miliar dengan kontribusi 37,64%, Jepang US$ 1,08 miliar atau 6,81%, dan Thailand US$ 0,88 miliar atau 5,53%.
BACA JUGA: Jaringan Gas Kota Mampu Hemat Rp 1,6 Triliun Impor LPG
“Secara umum, neraca perdagangan Indonesia Januari 2024 mengalami surplus US$ 2,02 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$ 3,32 miliar. Namun, tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$ 1,30 miliar,” ujarnya.
Amalia menyebut secara tahunan (year-on-year/yoy), nilai impor Januari 2024 naik sebesar 0,36%. Secara terperinci, nilai nilai impor migas turun 7,51% (yoy) dan nonmigas naik sebesar 1,76% (yoy).
Adapun peningkatan impor nonmigas didorong oleh peningkatan komoditas mesin peralatan mekanis dan bagiannya (HS84) dengan andil peningkatan 2,55%. Kemudian komoditas bijih logam, kerak, dan abu (HS26) dengan kontribusi peningkatan 1,01% serta serelaia (HS10) dengan kontribusi 0,87%.
Selanjutnya, impor berdasarkan penggunaannya pada Januari 2024, secara bulanan (mtm) nilai impor barang konsumsi turun sebesar US$ 277,62 juta atau 13,54%. Ada pula komoditas bahan baku penolong yang turun US$ 310,36 juta atau 2,25% dan barang modal turun US$ 10,19 juta atau 0,31%.
“Bahan baku penolong menyumbang setidaknya 72,81% dari total impor pada Januari 2024. Secara bulanan, nilai impor mengalami penurunan disebabkan karena penurunan nilai impor barang konsumsi dengan andil penurunan sebesar 1,45% utamanya karena sayuran yang andil penurunannya sebesar 5,31%,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk