Indonesia Management Summit (IMS) 2024 resmi digelar oleh Ikatan Alumni Program Pascasarjana Ilmu Manajemen (ILUNI PPI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI) pada 26 Agustus 2024 di Auditorium Perpustakaan Nasional RI.
Jacky Mussry selaku Ketua ILUNI PPIM sekaligus Ketua Panitia IMS 2024 berharap acara ini dapat menjadi salah satu alternatif wadah pemersatu akademisi dan praktisi dari berbagai latar belakang perguruan tinggi, industri dan pemerintah. IMS 2024 diadakan dengan mengangkat tema mencerdaskan bangsa, memajukan negara dengan memperkuat daya saing Indonesia berbasis kapabilitas manajemen transformatif.
BACA JUGA Sepekan Jelang IMS 2024, Tekumpul 114 Karya Ilmiah
Penyelenggaraan acara ini pun mendapatkan apresiasi dari Prof Abdul Haris selaku Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek.
“‘Tema yang diangkat dalam IMS sangat menarik, karena mencerminkan sebuah kebutuhan yang besar untuk bisa mengoptimalkan manajemen dan juga strategi yang transformatif dalam upaya menjelaskan bangsa dan juga memajukan negara,” ujar Prof Abdul Haris dalam sambutannya.
Di tengah perubahan global yang sangat cepat, menurut Prof Abdul Haris, manajemen transformatif merupakan sebuah kunci untuk menghadapi semua tantangan yang sangat komplek dan dinamis yang sedang dihadapi saat ini.
“Pendekatan ini menuntut kita untuk bisa lebih dari sekedar melakukan perbaikan bertahap, tapi kita perlu berpikir secara strategis untuk menciptakan solusi yang benar-benar efektif,” ujarnya.
BACA JUGA Mengintip Manajemen Pengelolaan Perusahaan dari Kino Indonesia
Dikotomi Makroekonomi dan Mikroekonomi
Adapun isu besar lainnya yang menjadi sorotan dalam gelaran acara ini adalah mengonvergensikan dikotomi makroekonomi dan mikroekonomi, termasuk bagaimana mengharmonisasikannya ketika berada dalam suatu ketidakpastian.
Prof. Bambang Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D. Akademisi, Birokrat, dan Penasihat Independen mengatakan hal ini penting melihat situasi ekonomi Indonesia yang masih bergantung pada komoditas.
“Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, basisnya masih sumber daya yang kita miliki. Tapi tidak dijual murah, akan tetapi diolah lebih lanjut dengan teknologi digital atau teknologi produksi yang terkini, sehingga bisa menciptakan nilai tambah yang lebih besar. Ujungnya, produk itu harus kompetitif secara global, bukan hanya menguasai pasar domestik. Di sini pentingnya menjembatani dikotomi antara makro dan mikro,” ujar Bambang.
Dalam hal ini, menurut Bambang, pentingnya peran para pelaku manajemen menentukan cara terbaik untuk menjembatani manajemen di level perusahaan dengan ekonomi makro.
“Selain produktivitas dan economy of scale, tetap harus berorientasi global. Kita selalu mengatakan, yang penting kita kuasai dulu pasar domestik. Tapi untuk menjaga sustainability dan competitiveness itu sendiri, mau tidak mau barang atau produk yang kita hasilkan harus bisa bersaing di pasar global,” tutur Bambang.
Editor: Ranto Rajagukguk