Kinerja industri manufaktur nasional tetap positif selama tiga bulan berturut-turut pada awal tahun 2023. Hal itu tercermin dari hasil survei yang dirilis S&P Global yang mana Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Maret di posisi 51,9.
Realisasi itu naik dibanding bulan sebelumnya yang menempati di level 51,2. PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 kembali mampu melewati PMI pusat manufaktur terbesar dunia yaitu, China (50,0) dan kembali lebih tinggi dari PMI ASEAN (51,0), Malaysia (48,8), Vietnam (47,7), Taiwan (48,6), Jepang (49,2), Korea Selatan (47,6), Inggris (48,0), Amerika Serikat (49,3), dan Jerman (44,4).
“Fase ekspansi di bulan Maret jadi ikut memperpanjang periode perbaikan kondisi industri manufaktur kita selama 19 bulan berturut. Apalagi, laju pertumbuhan PMI di bulan Maret merupakan yang tercepat sejak bulan September lalu,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian di Jakarta, Senin (3/4/2023).
BACA JUGA: Momen Mudik Lebaran 2023, Astra Peugeot Pastikan Stok Unit Aman
Dia mengemukakan tingkat ekspansi PMI manufaktur Indonesia tersebut sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang telah dilansir sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian. IKI Maret 2023 juga menunjukkan nilai ekspansi sebesar 51,87.
“PMI manufaktur dan IKI pada Maret 2023 sama-sama menunjukkan bahwa posisi ekspansi didukung oleh permintaan baru dari domestik yang meningkat. Kami optimis, dengan akselerasi pada realisasi belanja Produk Dalam Negeri, permintaan baru akan semakin meningkat di periode selanjutnya,” ujarnya.
Peningkatan permintaan domestik mendorong meningkatnya output dan tenaga kerja. Ditambah lagi, kinerja vendor meningkat dan dan transportasi semakin baik sehingga persediaan bahan baku meningkat dan hambatan produksi berkurang.
BACA JUGA: Jaga Pelayanan, Yamaha Beri Diskon Servis pada Bulan Ramadan
“Hal ini memacu kinerja industri untuk menyelesaikan pesanan lebih cepat,” ucapnya.
Meskipun biaya input masih meningkat, industri tidak lagi meneruskan kenaikan tersebut ke harga produknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekspansi PMI tidak lepas dari peningkatan kinerja internal perusahaan dan upaya pemerintah dalam menjaga pasar dalam negeri dan memperbaiki iklim usaha industri.
Sebagai tambahan, hambatan pasokan di sektor manufaktur Indonesia semakin berkurang pada bulan Maret, sehingga waktu pemenuhan pesanan semakin pendek. Hal ini didukung kinerja pemasok dan transportasi yang lebih baik. Karenanya, Kemenperin fokus untuk memacu produktivitas di sektor industri sekaligus memperkuat pasar dalam negeri, dengan mengoptimalkan penggunaan produk lokal dan substitusi impor.
Upaya ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo pada gelaran Business Matching Produk Dalam Negeri beberapa waktu lalu, bahwa pembelian produk lokal dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung daya saing industri di Tanah Air.