Indonesia membutuhkan paling tidak empat juta wirausaha baru untuk mendorong penguatan struktur ekonomi. Pasalnya, meski telah melampaui standar internasional (2%), rasio wirausaha Indonesia (3,1%) masih berada di bawah Singapura (7%) dan Malaysia (5%) dilihat dari total jumlah penduduk. Melihat jumlah penduduk Indonesia yang besar, hal ini menumbuhkan potensi baru bagi Indonesia untuk melahirkan para wirausahawan.
Jika dilihat dari jumlah populasi penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta jiwa, jumlah wirausaha Indonesia kini hanya mencapai 8,06 juta jiwa. “Kita butuh setidaknya empat juta wirausaha baru untuk mendorong penguatan struktur ekonomi. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di platform e-commerce seperti melalui e-Smart IKM diupayakan menjadi salah satu solusi,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Tangerang, Kamis (22/11/2018).
Ia mengimbau, siapa pun yang ingin berwirausaha juga dapat mengikuti program Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif). Program dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini ditujukan sebagai penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerja sama dengan pihak lain (agen bank), dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.
“Laku Pandai juga salah satu platform digital untuk jualan tanpa barang kelihatan, seperti voucher pulsa , telepon, atau listrik. Ini bisa menambah profit pelaku usaha kita,” jelas Airlangga.
Selain itu, para wirausaha juga bisa bergabung dengan sejumlah kegiatan pemberdayaan maupun komunitas yang dibentuk pelaku bisnis swasta, seperti program Sampoerna Retail Community (SRC) yang digawangkan PT HM Sampoerna.
SRC yang hingga kini telah mencakuo 90 ribu peritel di 34 provinsi di Indonesia tengah menjalani kegiatan pemberdayaan UKM Indonesia melalui pengembangan platform digital. Airlangga menceritakan, melalui pemanfaatan teknologi digital bahkan ada pemain UKM yang bisa menaikkan omzet hingga delapan kali lipat.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan industri ritel pada kuartal I tahun 2018 mencapai 7%-7,5% dan berkontribusi hingga 60% untuk perekonomian nasional. Peritel yang berbasis UKM ini juga memberi dampak terhadap kualitas hidup masyarakat di sekitarnya, antara lain melalui penyerapan tenaga kerja.
Editor: Sigit Kurniawan