Indonesia Legalkan Aborsi Bersyarat, Adakah Bahayanya untuk Kesehatan?

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Indonesia secara resmi melegalkan praktik menggugurkan kandungan alias aborsi bersyarat. Ini baru boleh dilakukan jika memenuhi kondisi tertentu, seperti adanya indikasi kedaruratan medis dan bagi korban perkosaan atau kekerasan seksual lain yang menyebabkan kehamilan.

Meski secara legalitas maupun medis sah-sah saja dilakukan, bukan berarti aborsi serta-merta aman. Alodokter menyebut ada beberapa risiko masalah kesehatan yang dapat timbul akibat aborsi, terlebih jika tindakannya tidak dilakukan oleh dokter.

Setelah aborsi, biasanya memang akan muncul keluhan nyeri atau kram perut, mual, lemas, dan perdarahan ringan selama beberapa hari. Namun, pada kondisi tertentu, tindakan ini juga dapat menimbulkan masalah kesehatan serius, di antaranya sebagai berikut:

BACA JUGA: Jangan Sepelekan Pilek pada Anak, Ada Risiko Infeksi Telinga

Perdarahan

Salah satu risiko yang sering terjadi setelah menggugurkan kandungan adalah perdarahan berat melalui vagina. Aborsi kehamilan di atas 20 minggu memiliki risiko perdarahan yang lebih besar dibandingkan kehamilan yang usianya masih di bawah 13 minggu.

Perdarahan berat juga lebih berisiko terjadi jika masih ada jaringan janin atau ari-ari yang tertinggal di dalam rahim setelah aborsi. Guna menanganinya, diperlukan transfusi darah dan tindakan kuret untuk mengangkat sisa jaringan.

Infeksi

Infeksi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi akibat menggugurkan kandungan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan demam, muncul keputihan yang berbau, nyeri hebat di area panggul, bahkan sepsi pada kasus infeksi yang berat.

BACA JUGA: Pentingnya Aktivitas Fisik untuk Menjaga Kesehatan Jantung di Usia Muda

Kerusakan pada Rahim dan Vagina

Jika tidak dilakukan dengan benar, aborsi berpotensi menyebabkan kerusakan pada rahim dan vagina. Kerusakan ini dapat berupa lubang maupun luka berat pada dinding rahim, leher rahim, serta vagina.

Masalah Psikologis

Selain masalah fisik, perempuan yang menjalani aborsi juga bisa mengalami trauma psikologis. Mereka bisa saja mengalami masalah psikologis berupa perasaan bersalah, malu, stres, cemas, hingga depresi.

Itulah beberapa risiko aborsi yang lebih mungkin terjadi jika tindakan tersebut dilakukan secara ilegal, dilakukan di fasilitas kesehatan yang kurang memadai, ataupun menggunakan metode tradisional yang tidak terjamin keamanannya.

Karena itu, saat hendak menggugurkan kandungan, perlu dilakukan pemeriksaan medis dan pertimbangan dari dokter untuk mencegah risiko komplikasi tersebut.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS