Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memberi catatan khusus terhadap adanya minat investasi dari Tiongkok untuk menanamkan modalnya di sektor tekstil. Menurut Kepala BKPM Franky Sibarani, masuknya minat tersebut menunjukkan bahwa Indonesia tetap merupakan negara yang menarik untuk investasi di sektor padat karya seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), serta membantu upaya pemerintah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja.
“Tercatat dari sektor tekstil minatnya US$ 8 juta. Kami akan berusaha keras untuk mengawal agar minat ini terealisasi karena ada potensi cukup besar industri TPT Tiongkok akan melakukan relokasi. Identifikasi minat ini menunjukkan Indonesia masih potensial untuk investasi padat karya, bersaing dengan negara ASEAN lainnya, khususnya Vietnam,” ujar Franky.
Franky mengakui Vietnam merupakan pesaing kuat Indonesia untuk menarik investasi dari sektor TPT. Dari data yang dirilis oleh Financial Times periode 2010 hingga September 2015, tercatat lima proyek TPT dari Tiongkok senilai US$ 470 juta diinvestasikan ke Vietnam.
Proyek-proyek tersebut tercatat menyerap 12.280 tenaga kerja. Sedangkan investasi dari Tiongkok ke Indonesia lebih ke industri logam dan konstruksi. Untuk industri logam, tercatat investasi Tiongkok meliputi 12 proyek yang diinvestasikan ke Indonesia dengan nilai investasi US$ 5,3 miliar dan menyerap 5.906 tenaga kerja.
“Oleh karena itu, pemerintah berupaya melakukan perbaikan iklim investasi. Salah satunya yang terkait langsung dengan industri padat karya, termasuk TPT, adalah paket kebijakan ekonomi yang memberikan kepastian pengupahan. Isu pengupahan cukup krusial di industri padat karya termasuk TPT,” paparnya.
Menurut Franky, pemerintah yang menetapkan target penciptaan lapangan kerja sebesar dua juta per tahun terus berupaya untuk memenuhi target tersebut. Sektor padat karya seperti sektor TPT dan alas kaki menjadi salah satu sektor prioritas.