Munculnya para pemain e-commerce menciptakan lanskap ritel yang semakin kompetitif, termasuk di daratan Asia Pasifik. Di Jepang, sekitar 24% konsumennya membeli produk FMCG secara online. Hal ini dikarenakan infrastruktur berkualitas tinggi dan inovasi teknologi yang mendukung adopsi e-commerce.
Begitulah hasil temuan Nielsen dalam laporan berjudul The Nielsen Future Opportunities in FMCG E-commerce Report. Berdasarkan temuan itu, Nielsen memperkirakan bahwa pangsa pasar e-commerce Jepang pada tahun 2022 akan mencapai 7,9% atau US$ 36 miliar dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5%.
Saat ini, aktifitas online meraup sekitar 6% hingga 7% dari penjualan FMCG di seluruh dunia. Di Indonesia, aktifitas online ini hingga tahun 2017 telah menyumbangkan 1% dari penjualan produk FMCG secara global yang mencapai Rp 590 triliun.
Sekitar 39% konsumen Indonesia menyatakan bahwa koneksi internet yang seringkali tidak stabil dan terbatas menjadi salah satu kendala melakukan pembelian daring. Akan tetapi, hal ini tidak lantas menyurutkan keinginan mereka untuk melakukan pemesanan online.
Sekitar 36% konsumen Indonesia yang disurvei menyatakan telah menggunakan layanan pemesanan barang online. Lalu, ada 35% yang menyatakan masih tetap bersedia menggunakan pemesanan online untuk jasa pengantaran produk-produk makanan ke rumah.
Sementara konsumen Taiwan memiliki teknologi dan akses internet yang kuat. Negara ini juga memiliki kemiripan geografis dengan China dan Korea Selatan. Nielsen memperkirakan bahwa pangsa pasar e-commerce Taiwan yang pada tahun 2017 sebesar 5,6%, akan meningkat menjadi 8,1% (setara US$ 878 juta) pada tahun 2022.
Sementara itu, di negara lain di sekitar kawasan Asia Pasifik, pembeli Australia (38%) sudah menggunakan e-commerce untuk membeli obat-obatan OTC dan produk perawatan kesehatan. Nielsen memperkirakan bahwa pangsa e-commerce Australia 2017 dari total penjualan FMCG (3%) akan meningkat menjadi 4,8% (USD3,5 miliar) pada 2022.
Ji Hyuk Park, Nielsen’s Developed Markets Digital Retail Lead mengatakan, banyak konsumen di Asia Pasifik telah merasakan pengalaman berbelanja online dalam beberapa bentuk, baik itu untuk perjalanan, pakaian, elektronik, atau kategori serupa lainnya.
Ia bilang, negara-negara yang sedang berkembang di wilayah itu menjanjikan pertumbuhan e-commerce FMCG yang cepat dalam tahun-tahun mendatang. “Ini seiring dengan melompatnya konsumen dari pasar tradisional ke pasar online, membuat kebutuhan akan apa yang ditawarkan oleh omni-channel menjadi lebih penting dari sebelumnya bagi para peritel FMCG.”
Melihat situasi itu, Nielsen mengamati bahwa penting bagi para produsen FMCG dan peritel -baik offline, online, dan omnichannel- untuk mengutamakan nilai trust. Ini dimaksudkan agar memberikan dampak bagi konsumen dan bisa bertahan dalam persaingan industri ini.
Produsen FMCG perlu memastikan bahwa produk-produk yang dijual pada portal online adalah produk-produk yang otentik dan berkualitas baik. Sementara itu, peritel diharapkan dapat memfasilitasi transaksi pembayaran yang aman, informasi pribadi yang rahasia, serta layanan pengembalian barang yang mudah. “Tanpa membuat stres konsumen,” tambahnya.
Editor: Sigit Kurniawan