Perang yang melanda Suriah sejak tahun 2011 telah mematikan berbagai sektor ekonomi, tidak terkecuali industri film dan televisi. Semua film atau seri televisi selama perang dibeli dari Gulf, Amerika Serikat. Banyak aktor dan pembuat film pindah ke luar negeri, berbagai studio mati suri berhenti berproduksi.
Perang mulai berhenti terjadi di Damaskus sejak tahun lalu. Hal ini kemudian mendorong para penggiat industri film untuk kembali menghidupkan industri kreatif di Suriah. Satu per satu, studio produksi mulai bekerja lagi.
“Kini, kami bisa memastikan bahwa kami bisa kembali memproduksi film dan acara televisi dengan nyaman dan efektif,” ujar Ziad al-Rayes, Ketua Asosiasi Produser Televisi di Suriah dilansir dari Reuters.
Dilanjutkan oleh Ziad, produksi film di Suriah terhitung lebih murah. Menurutnya, negara tersebut memiliki empat musim, gunung, gurun, lembah, dan salju yang cocok untuk memproduksi berbagai skena dalam film.
Melalui seri berjudul A Safe Distance, industri film dan televisi di Suriah mulai bernapas kembali. Seri ini menceritakan bagaimana Perang Suriah mempengaruhi rakyat. A Safe Distance memanfaatkan sisa-sisa studio produksi di Damaskus sebagai latar belakang dan dibintangi oleh aktor kenamaan Suriah, Qays al-Sheikh Najib. Film ini merupakan film pertama Najib yang diproduksi di tanah Suriah sejak delapan tahun lalu.
A Safe Distance direncanakan akan tayang di Arab Saudi dan Lebanon.
Editor: Sigit Kurniawan