Perusahaan konsultan properti Colliers International mencatat bahwa sepanjang kuartal pertama 2016, average occupancy rate (AOR) atau rata-rata okupansi hotel berbintang di Bali mengalami peningkatan, dari 61,2% menjadi 62,3% quartal-on-quartal. Hal ini mengindikasikan awal pemulihan sektor perhotelan di Bali.
Di daerah Bali Selatan, okupansi sedikit meningkat dari 62,93% pada Q4 2015 menjadi 63,44% pada Q1 2016. Wilayah South Central Bali mengalami peningkatan tertinggi sebesar 2,8%, menjadi 63,4%. Secara keseluruhan, kinerja hunian hotel di Bali menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Di sisi lain, average daily rate (ADR) atau rerata harga kamar per malam di hotel-hotel Bali sedikit menurun sebesar 6,3% dari US$ 117.57 ke US$ 110,13. Di daerah Selatan Bali, ADR menurun 4,4% menjadi US$ 152.82. Demikian juga, di South Central Bali, ADR turun 7,4% ke US$ 76.71.
Menurut Colliers, penurunan angka ADR ini akibat dari bertambahnya pasokan hotel baru di Bali. Hotel baru tersebut mencoba untuk menarik tamu, yang pada saat yang sama, hotel yang sudah ada berusaha mempertahankan dan memperluas pangsa pasar mereka.
“Kondisi tersebut umumnya berakhir dengan “perang” paket promosi menarik, yang menguntungkan tamu hotel,” terang Ferry Salanto, Associate Direktur Penelitian Colliers International.
Pasalnya, kata Ferry, Bali akan menambah 880 kamar hotel baru sepanjang kuartal pertama tahun ini yang berasal dari hotel berbintang dan hotel lama yang melakukan rebranding.
Kendati demikian, Ferry menambahkan, okupansi hotel di Bali saat ini jauh lebih baik ketimbang Jakarta. Berdasarkan catatannya, tingkat okupansi hotel berbintang di Ibukota turun signifikan sebesar 14,6% menjadi 49,5% selama Q1 2016.
Pasokan Hotel Baru di Bali
Hotel berbintang baru di Pulau Dewata yang dimaksud Ferry antara lain hotel bintang tiga milik Accor, ibis Styles Petitenget (134 kamar) dan hotel bintang empat Tijili Seminyak (120 kamar) yang dikelola Tauzia Hotel Management.
Selain hotel baru, Bali juga kedatangan hotel-hotel hasil rebranding dari hotel lama yang sudah lebih dulu hadir. Misalnya, Best Western Premier Sunset Road yang diambil alih oleh Wyndham Hotels & Resorts. Jaringan hotel dan resor asam Amrik itu memboyong merek hotelnya Ramada untuk menggantikan Best Western yang berkapasitas 271 kamar.
Selain itu, Carlson Rezidor hadir sebagai jaringan hotel baru di Bali yang mengambil alih dua hotel lama yang sebelumnya dikelola Wyndham. Pertama, Radisson Bali Tanjung Benoa yang sebelumnya bernama Ramada Tanjung Benoa. Hotel ini memiliki 181 kamar.
Kedua, Radisson Bali Legian Camakilla yang merupakan rebranding dari Ramada Camakila yang memiliki 116 kamar. Ketiga hotel tersebut, baik Ramada maupun Radisson, menambah pasokan hotel bintang empat di Bali sebesar 1,2% menjadi 17,561 kamar.
Editor: Sigit Kurniawan