Kementerian Perindustrian terus memacu pertumbuhan industri pengolahan kopi di dalam negeri, terutama saat pandemi. Namun, banyaknya kafe atau warung kopi yang tutup menyebabkan disrupsi pada industri pengolahan kopi.
“Perkembangan industri kopi olahan di Tanah Air masih sangat menjanjikan, mengingat potensi bahan baku dan upaya pemerintah untuk lebih mengoptimalkan konsumsi kopi per kapita masyarakat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Satu Dalam Kopi, Kamis (23/04/2020).
Menperin menjelaskan, Indonesia merupakan negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Pada tahun 2019, produksi biji kopi Indonesia mencapai 729,1 ribu ton dengan nilai ekspor produk kopi olahan sebesar US$ 610,89 juta.
Sektor IKM memiliki peran dalam memberikan kontribusi devisa yang cukup signifikan tersebut. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 1.204 unit usaha IKM olahan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Fenomena tersebut pun memberikan efek besar bagi pelaku IKM dalam negeri, termasuk IKM kopi olahan yang merasakan anjloknya penjualan hingga 50-90%. Hal ini dikarenakan adanya pembatasan ruang gerak, sehingga kafe, restoran, dan gerai kopi terpaksa ditutup, serta pengaruh diterapkannya lockdown pada negara-negara tujuan ekspor.
Dengan terbatasnya pergerakan manusia saat ini serta berubahnya pola konsumsi masyarakat, membuat dunia industri perlu cepat tanggap terhadap perubahan. Kreativitas pun diperlukan sebagai kunci kesuksesan.
“Alternatif tindakan yang perlu dilakukan diantaranya adalah penerapan protokol pencegahan COVID-19 dalam kegiatan produksi, serta optimalisasi penjualan melalui layanan pesan antar, serta melalui pemasaran online,” tutur Menperin.
Dengan adanya kreativitas dengan memanfaatkan pemasaran produk kopi secara online dapat menjangkau pasar lebih luas dan terus menggerakkan perekonomian negara di tengah pandemi.
Editor: Eko Adiwaluyo