Selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan industri mainan anak di Indonesia menunjukkan tren positif. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, pengapalan produk mainan anak menembus US$ 320 juta sepanjang tahun 2018 dan melonjak tajam menjadi US$343 juta pada tahun 2020. Selain itu, saat ini ada lebih dari 131 unit usaha mainan anak pada skala industri menengah di Indonesia.
Industri mainan anak merupakan sektor padat karya yang memiliki orientasi ekspor yang mumpuni. Tentunya ini menjadi peluang bagi pengembangan industri anak. Pemerintah perlu mendorong industri mainan anak di tanah air semakin meningkatkan inovasi produknya sehingga mampu berdaya saing dengan produk impor.
Salah satu produsen lokal untuk mainan dan interior anak, Letter In Pine pun turut merasakan tren positif dari performa industri mainan di tanah air. Di tengah pandemi, merek lokal ini berhasil mencatat total pertumbuhan penjualan hingga 45% setiap bulan.
Letter In Pine merupakan merek lokal asal Semarang yang berfokus pada produksi mainan edukasi, mainan montessori serta interior anak yang terbuat dari kayu berdesain klasik dengan sentuhan modern.
Adhiprana Waraputra, pendiri Letter In Pine, mengatakan produk dalam negeri memiliki kualitas yang tak kalah dengan produk luar negeri. Letter In Pine berinovasi dalam menghadirkan mainan dan interior anak yang memiliki kualitas terbaik dan bersaing di pasar internasional. “Misi kami ingin membuktikan kualitas mainan edukasi produksi UKM lokal memiliki kualitas yang setara dengan produsen luar negeri sehingga masyarakat bangga akan produk Indonesia,” katanya.
Hingga saat ini, pertumbuhan penjualannya terus meningkat setiap bulannya. Jumlah produk yang terjual juga mengalami peningkatan dua kali lipat pada tahun 2021 kuartal pertama dibandingkan kuartal yang sama pada tahun 2020.
Letter In Pine melibatkan pengrajin-pengrajin lokal. Berawal dari lima orang pengrajin lokal hingga saat ini Letter In Pine berhasil menyerap sebanyak 35 orang pengrajin lokal yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, yaitu Semarang, Klaten, dan Ambarawa
“Kami ingin para UKM seperti para pengrajin-pengrajin lokal tumbuh dan berkembang. Dengan kerja sama ini, kami membantu meningkatkan ekonomi masyarakat kecil dan mengangkat pengrajin lokal ke posis yang lebih tinggi. Kami juga memberikan program pemberdayaan seperti pelatihan dan pengenalan alat-alat yang lebih modern,” pungkas Adhi.