Industri Manufaktur Diperkirakan Tumbuh 5% Sampai Akhir Tahun 2021
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis pertumbuhan industri pengolahan atau manufaktur akan mampu menyentuh level 4% hingga 5% pada akhir tahun 2021. Meskipun saat ini masih terpukul pandemi COVID-19, kinerja industri manufaktur masih terus menunjukkan tren positif yang sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari indeks permintaan manufaktur atau Purchasing Managers’ Index (PMI) bulan November yang menempati posisi 53,9 sesuai dengan laporan IHS Markit.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, kunci pemulihan ekonomi, khususnya di bidang manufaktur yakni penanganan pandemi. Selain itu, percepatan vaksinasi juga perlu dilakukan pemerintah agar aktivitas industri dapat berjalan secara normal.
“Kami sangat bersyukur dan memberikan apresiasi atas capaian ini, karena pelaku industri kita masih tetap semangat menjalankan usahanya seiring dengan upaya pemerintah mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional,” ujar Agus melalui keterangannya, Jumat (3/11/2021).
Beberapa indikator yang menujukkan bahwa kinerja sektor industri nasional masih gemilang, antara lain pada capaian nilai ekspornya. Sepanjang Januari hingga Oktober 2021, industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 143,76 miliar atau meningkat 35,53% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Selain itu, memberikan kontribusi terbesar hingga 77,16% dari total nilai ekspor nasional selama sepuluh bulan tahun ini yang mencapai US$ 186,32 miliar.
“Capaian positif lainnya tercatat pada penerimaan pajak sektor industri pengolahan yang tumbuh 14,6% pada Januari hingga Oktober 2021. Adapun penerimaan pajak tersebut memberikan kontribusi paling besar hingga 29,8% pada periode yang sama,” ujarnya.
Sementara itu, merujuk laporan IHS Markit, selama tiga bulan berturut-turut produksi sektor manufaktur di Indonesia masih mengalami ekspansi seiring dengan dampak COVID-19 yang kian berkurang. Ini ditunjukkan dengan output dan permintaan baru juga terus naik pada kisaran kuat.
Bahkan, kenaikan lebih lanjut terlihat pada aktivitas pembelian di tengah perbaikan permintaan pasar. Bila dilihat datanya, hanya dua bulan saja PMI Indonesia berada dalam kondisi kontraktif. Menanggapi hasil survei terkini, Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit mengatakan, PMI Manufaktur Indonesia pada bulan November menurun dari rekor laju bulan Oktober, namun masih bertahan kuat untuk menandakan pemulihan berkelanjutan dari gelombang COVID-19 varian delta.
“Perusahaan juga terus memperluas kapasitas tenaga kerja mereka dan meningkatkan aktivitas pembelian di tengah harapan kenaikan output di masa mendatang, yang mana merupakan tanda positif. Namun demikian, tingkat perpanjangan waktu pengiriman dari pemasok yang berkurang pada bulan November, kemungkinan menggambarkan tanda-tanda perbaikan menuju akhir tahun,” ungkapnya.
IHS Markit mencatat sentimen bisnis secara keseluruhan bertahan positif pada November, namun turun ke posisi terendah dalam 18 bulan. Responden survei secara umum berharap bahwa pemulihan ekonomi dari gelombang COVID-19 akan terus berlanjut, namun beberapa di antaranya masih khawatir dengan dampak pandemi ini.
Adapun PMI Manufaktur Indonesia pada November melampaui PMI manufaktur negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang berada di level 52,3. PMI Manufaktur Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan PMI Manufaktur Korea Selatan sebesar 50,9 dan PMI Manufaktur China dengan raihan angka 49,9.
Editor: Eko Adiwaluyo