Industri Ritel Jadi Kunci Meningkatkan Konsumsi Domestik Dalam Pertumbuhan Ekonomi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan pentingnya sektor industri ritel sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Diungkapkan, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB), mencapai 54% pada kuartal kedua tahun ini.
BACA JUGA: Ditopang Segmen Distribusi dan Ritel, Pendapatan MPMX Naik 8%
“Konsumsi rumah tangga yang mencapai 54% perlu dimaksimalkan,” kata Airlangga dalam Indonesia Retail Summit (IRS) 2024 di Swissotel Hotel PIK, Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Menurutnya, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari 5%, pemerintah harus mendorong peningkatan pengeluaran rumah tangga.
BACA JUGA: Sasar Sektor Ritel, WIR Group Kembangkan API untuk Fitur Quick Commerce
Salah satu strategi yang diusulkan adalah memperkuat program-program yang mendukung pengusaha ritel dalam negeri. Dengan ini, diharapkan masyarakat akan lebih memilih untuk berbelanja di dalam negeri daripada mengeluarkan dana untuk produk luar negeri.
“Jika masyarakat dapat memanfaatkan setengah dari anggaran belanja yang biasanya digunakan untuk berbelanja luar negeri, hal ini akan memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional,” kata Airlangga.
Dalam konteks global, data dari World Bank menunjukkan sektor ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang konsisten sejak tahun 2022. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah gerai ritel seperti Alfamart, Indomaret, dan Ace Hardware yang tersebar di berbagai wilayah.
“Dari banyaknya gerai seperti Alfamart, Indomaret, dan Ace Hardware, kita bisa melihat indikator kesehatan ekonomi nasional. Jumlah outlet dari iBox pun menjadi salah satu petunjuk terkait daya beli masyarakat,” ujar Airlangga.
Jakarta, sebagai pusat perekonomian Indonesia, menunjukkan kekuatan sektor ritelnya dengan deretan pusat perbelanjaan modern yang beragam. Menurut Airlangga, pendapatan per kapita di ibu kota telah melampaui ambang batas klasifikasi pendapatan menengah atau “middle income trap,” dengan rata-rata pendapatan mencapai US$ 20.000 atau setara dengan sekitar Rp 300 juta per tahun.
Hal ini mencerminkan daya beli yang kuat dan potensi pertumbuhan ekonomi yang stabil. Airlangga menegaskan bahwa peningkatan konsumsi domestik harus menjadi prioritas.
“Dengan memperkuat sektor ritel dan mendorong belanja dalam negeri, kita dapat memperkuat fondasi ekonomi nasional,” katanya.
Dengan strategi ini, diharapkan Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan ekonominya di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Strategi peningkatan konsumsi domestik melalui sektor industri ritel ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, tetapi juga untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
“Kita harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi ini inklusif dan berkelanjutan, sehingga seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya,” tutur Airlangga.
Editor: Ranto Rajagukguk