Industri Rumput Laut Diproyeksi Bernilai US$ 11,8 Miliar pada 2030

marketeers article
RI Ekspor Perdana Rumput Laut ke Vietnam, Nilainya Capai Rp 2,3 Miliar. (FOTO: 123rf)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan berdasarkan penelitian bertajuk The Global Seaweed: New and Emerging Market Report nilai industri rumput laut di negara berkembang mencapai US$ 11,8 miliar atau setara Rp 193,5 triliun (kurs Rp 16.404 per US$). Adapun nilai tersebut dikontribusikan oleh beberapa produk seperti di antaranya biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil.

“Untuk itu, diperlukan pengembangan dan inovasi produk untuk mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk-produk potensial tersebut,” kata Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin melalui keterangan resmi, Kamis (27/6/2024).

BACA JUGA: Teten Masduki Ungkap Permintaan Rumput Laut Dunia Capai Rp 734,4 Triliun

Kemenperin terus mendorong semakin terbukanya peluang pengembangan usaha dan peningkatan daya saing industri pengolahan rumput laut di dalam negeri. Dengan didukung ketersediaan bahan baku yang melimpah dan peluang untuk pengembangan berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi, industri pengolahan rumput laut memiliki prospek bisnis yang menjanjikan.

Indonesia merupakan negara penghasil budi daya rumput laut terbesar kedua di dunia, sehingga bisa menjadi tempat yang sesuai untuk pengembangan rumput laut, mulai dari proses budidaya sampai dengan proses hilirisasi. Namun demikian, belum terlihat pertumbuhan yang signifikan untuk ekspor produk-produk hilir rumput laut yang lebih memiliki nilai tambah.

BACA JUGA: Ekspor Rumput Laut, Luhut Jajaki Pasar Korsel

Dalam sepuluh tahun terakhir, ekspor rumput laut kering dari Indonesia masih mendominasi, baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri. Ekspor produk rumput laut kering mencapai 66,61%, sementara rumput laut olahan (karagenan dan agar-agar) masih sebesar 33,39%.

Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Selama ini pemanfaatan olahan rumput laut sebagian besar digunakan untuk produk makanan dan minuman, yaitu sebesar 77%, sedangkan farmasi, kosmetik, dan lainnya, baru mencapai 23%.

“Kami terus mendorong agar industri ini bisa lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar,” ujarnya.

Putu menambahkan untuk mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, Kemenperin menyelenggarakan business matching industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna pada 25-26 Juni 2024 di Jakarta. Ini merupakan business matching kedua untuk industri pengolahan rumput laut yang digelar Kemenperin.

Pada tahun 2022 lalu, kegiatan serupa telah diselenggarakan dan berhasil mencatatkan transaksi kerja sama sebesar Rp 6,3 miliar. Business matching kali ini diikuti oleh 19 perusahaan industri pengolahan rumput laut yang menghasilkan produk berupa karagenan, agar-agar, bioplastik, biostimulan, dan pupuk.

“Dalam kegiatan tersebut juga dihadirkan industri pengguna rumput laut di sektor pangan dan nonpangan,” tutur Putu.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS