Bisnis smartphone, tablet, dan komputer selalu saja menarik tiap tahunnya. Pasalnya, produk-produk ini selalu hadir dengan mengusung teknologi-teknologi terbaru. Tentunya, produsen-produsen produk tersebut akan semakin gencar dalam memasarkan produk-produknya.
Dari ketiga produk tersebut bisa dibilang komputer dalam bentuk PC sudah mulai turun pasarnya. Meski begitu, kebutuhan akan perangkat komputer dalam bentuk PC masih akan tetap ada, terutama di pasar korporat.
“Lihat saja kantor-kantor, masih banyak yang menggunakan CPU, misalnya perbankan. Bahkan, setiap tahun mereka melakukan replacement dari perangkat komputer,” kata Rudy D. Muliadi, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (APKOMINDO).
Meskipun dikepung oleh smartphone dan tablet, fungsi komputer akan sulit untuk digantikan oleh dua perangkat tersebut. Keunggulan utama dari komputer ataupun laptop terletak pada segi fungsi dan kapasitas. Dibanding gawai, PC ataupun laptop dapat digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kantor yang lebih rumit seperti excel atau desain grafis. Selain itu, ruang penyimpanan dan kecepatan untuk melakukan browsing juga lebih besar dibanding smartphone.
“Sekarang ini marak pembuatan aplikasi digital. Tentunya pembuatan aplikasi ini akan lebih mudah bila menggunakan perangkat komputer baik PC dan laptop,” tambahnya. Bahkan Rudy menilai bahwa rencana pemerintah untuk mengadakan ujian nasional berbasiskan komputer akan membuka angin segar bagi industri komputer di Indonesia.
Lantas bagaimana dengan smartphone dan tablet? Rudy meyakini keduanya masih akan tumbuh pada tahun 2017. Namun, kehadiran tablet perlahan mulai tersaingi dengan kehadiran smartphone yang lebih canggih serta dilengkapi dengan layar yang lebih besar atau biasa disebut phablet.
Dengan beberapa gambaran itu, Rudy mengaku bahwa tahun 2017 akan ditatap dengan optimistis oleh para pelaku di industri ini. Beberapa faktor seperti kestabilan ekonomi dan sosial juga masih akan berperan dalam keberlangsungan industri ini. Apalagi masyarakat Indonesia sangat memiliki “rasa lapar” yang tinggi terhadap dunia teknologi.
Meskipun begitu, satu hal yang patut diwaspadai adalah permasalahan nilai tukar mata uang rupiah. Rudy berharap tahun depan nilai tukar mata uang akan stabil pada angka tertentu, dan tidak berubah secara drastis. “Kalau nilai tukar berubah drastis dalam waktu yang relatif dekat, kami tidak bisa jualan. Misalnya, rupiah besok turun drastis, kami akan rugi, dan pembeli pun akan menunggu. Susah untuk jualannya,” pungkas Rudy.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di Majalah Marketeers edisi Desember 2016- Januari 2017