Industri tekstil merupakan satu dari sebelas sektor unggulan nasional yang terkena dampak pandemi. Namun ketika pandemi berangsur reda, perlahan performa industri juga mulai pulih secara bertahap. Rizal Tanzil, Wakil Ketua Bidang Hubungan Pemerintah Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) mengatakan bahwa performa pabrik-pabrik tekstil perlahan mulai pulih seiring dengan kebijakan yang dibuat pemerintah terkait percepatan pertumbuhan ekonomi.
Dengan pandemi yang berangsur reda, rata-rata nasional utilisasi mesin pabrik, atau presentase operasional mesin pabrik tekstil, juga meningkat. “Progresnya cukup membaik. Rata-rata utilisasi sudah mencapai 70-80%. Sudah hampir pulih,” ujar Rizal ketika dihubungi Marketeers, melalui sambungan telepon, Jumat (10/6/2022).
Menurutnya, performa ini belum sepenuhnya sama seperti kondisi pabrik tekstil sebelum pandemi COVID-19. Pada saat pandemi, ia mengatakan bahwa industri tekstil begitu terdampak sehingga penurunan utilisasi mesin pabrik turun begitu drastis.
“Bahkan di awal-awal dilakukan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), performa kami utilisasinya rata-rata nasional di bawah 20%. Artinya dari 100 mesin yang kami punya, yang beroperasi hanya 20 mesin,” katanya.
Selain tingkat utilisasi mesin yang rendah, pandemi yang membatasi tingkat kebebasan masyarakat dalam berinteraksi juga menurunkan permintaan terhadap tekstil. Turunnya permintaan terhadap tekstil artinya turun juga produksi terhadap produk tekstil, yang berimbas kepada pengurangan karyawan dan penutupan beberapa pabrik.
“Bahkan ada hampir 2 juta karyawan dirumahkan. Pemberlakukan PPKM membuat masyarakat tidak bebas melakuan kegiatan ekonomi, terutama pusat-pusat grosir tekstil seperti tanah abang, pasar baru, itu kan ditutup sehingga tidak ada aktivitas. Itu yang menyebabkan pabrik banyak yang tutup dan karyawan dirumahkan,” lanjutnya.
Data dari Kementerian Perindustrian dan Badan Pusat Statistik sepakat dengan hal tersebut. Data keduanya menunjukkan pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi yang turun hingga minus di periode kuartal kedua tahun 2019 hingga kuartal kedua tahun 2020. Penurunan terlihat mulai dari kuartal ketiga tahun 2019, dan tren penurunan tersebut berlanjut hingga kuartal kedua 2020 dengan presentase -14,23%.
Dengan pandemi yang kini mereda, Rizal mengatakan di tahun 2022, industri melihat titik terang. “Sampai kuartal pertama tahun 2022, year-on-year kita bertumbuhnya 12,45%, dan ini cukup positif. Dan yang paling memberikan dorongan adalah kembalinya pasar ekspor. 66% itu ekspor kita produk garmen. Pulihnya negara tujuan itu mendorong pulihnya industri TPT,” pungkas Rizal.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz