Kontribusi industri tekstil Indonesia pada tahun diprediksi akan tetap signifikan. Sepanjang Januari-Juli 2018, nilai pengapalan produk TPT Indonesia sudah mencapai USD 7,74 miliar dan ditargetkan hingga akhir tahun 2018 bisa menembus sebesar USD 14 miliar.
“Ekspor di industri TPT dapat ditingkatkan lagi seiring selesainya skema perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif antara Indonesia dengan Australia (IA-CEPA),” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika mengunjungi UPT Tekstil di Kabupaten Majalaya, Bandung, Jawa Barat, Selasa (18/9/2018) seperti dikutip dari keterangan resmi Kemenperin.
Di hadapan 100 pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor pertekstilan dari wilayah Bandung dan sekitarnya, Menperin menjelaskan, bea masuk produk tekstil dan pakaian Indonesia ke Australia akan dihapuskan atau menjadi 0 persen. Kebijakan bilateral ini bakal ditandatangani akhir tahun ini.
“Melalui CEPA tersebut, seluruh produk Indonesia yang diekspor ke Australia, bea masuknya 0 persen. Termasuk produk TPT, yang sebelumnya dikenakan tarif 10-20 persen. Artinya, kemitraan strategis ini untuk peluang kita memperluas pasar ekspor,” paparnya.
Pemerintah Indonesia juga tengah berupaya merampungkan perundingan free trade agreement (FTA) dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat. “Kami terus mendorong ekspor untuk tiga produk manufaktur unggulan Indonesia, yakni pakaian, tekstil, dan sepatu,” lanjut Airlangga.
Memperin optimistis, industri TPT nasional punya daya saing global. Sebab, sektor ini sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan punya kualitas baik di pasar internasional. “Guna mendongkrak produktivitas dan daya saing, kami juga memfasilitasi peremajaan mesin dan peralatan industri TPT,” ujarnya.
Di samping itu, sejalan dengan perkembangan revolusi industri 4.0, Kemenperin memacu industri TPT nasional untuk menerapkan teknologi modern agar lebih efisien danmeningkatkan kompetensisumber daya manusia (SDM) sesuai kebutuhan di era digital.
“Saat ini, industri manufaktur tengah bersiap menghadapi revolusi industri 4.0 yang mengintegrasikan dunia onlinedengan lini produksi,” terangnya. Ciri khas teknologi industri 4.0 di antaranya melalui otomatisasi, internet of things,komunikasi machine-to-machine dan human-to-machine, serta artificial intelligence.
Perkembangan teknologi revolusi industri 4.0 menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, namun menjadi peluang baru, sehingga Indonesia perlu menyiapkan diri dengan peta jalan Making Indonesia 4.0. Apalagi industri TPT merupakan satu dari lima sektor yang ditetapkan di dalam roadmap tersebut menjadi pionir untuk menerapkan revolusi industri 4.0 di Indonesia,” tuturnya.
Menperin menegaskan, industri TPT juga sebagai salah satu kelompok manufaktur yang dikategorikan sebagai sektor padat karya berorientasi ekspor. Oleh karena itu, sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), industri TPT termasuk yang diprioritaskan pengembangannya.
Kementerian Perindustrian mencatat, nilai ekspor dari industri TPT nasional mencapai USD12,58 miliar pada tahun 2017 atau naik 6 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan membidik ekspor industri TPT sebesar USD 14 miliar pada tahun 2018, diproyeksi akan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,95 juta orang.