Inflasi menurut Bank Indonesia (BI) adalah kondisi saat harga barang dan jasa secara luas dan terus menerus meningkat dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya, kondisi ini terjadi karena adanya peningkatan permintaan serta biaya produksi yang tinggi secara terus-menerus.
Sebagai contoh, kenaikan harga BBM. Ternyata, ada jenis-jenis inflasi yang dapat dikelompokkan dari beberapa aspek. Pertama, jenis-jenis inflasi yang diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu demand pull inflation, cost push inflation dan bottle neck inflation.
BACA JUGA: Ketidakpastian Ekonomi 2023, Bagaimana Nasib ASEAN?
Demand Pull Inflation
Jenis inflasi ini terjadi saat peningkatan pasokan uang dan kredit mendorong permintaan barang dan jasa untuk meningkat lebih cepat daripada kapasitas produksi perekonomian. Permintaan yang meningkat ini menyebabkan kenaikan harga. Sesuai dengan hukum permintaan, ketika permintaan banyak, namun persediaan terbatas, harga barang akan ditawar lebih tinggi.
Demand pull inflation disebabkan oleh berbagai hal. Hal itu mulai dari kenaikan permintaan ekspor, bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, angka pengangguran yang menurun, hingga pertumbuhan ekonomi.
BACA JUGA: BPS Laporkan Inflasi November 2022 Tembus 5,42%
Cost Push Inflation
Jenis inflasi ini merupakan hasil yang timbul karena terdapat tekanan dari segi supply. Biasanya, jenis ini sering terjadi saat demand pull inflation semakin menguat.
Ketika biaya bahan baku meningkat, kenaikan harga harus terjadi, terlepas dari permintaan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cost push inflation adalah depresiasi nilai tukar, peningkatan harga-harga komoditas yang diatur pemerintah, hingga terjadinya negative supply stocks akibat bencana alam yang akhirnya mengganggu proses distribusi.
Bottle Neck Inflation
Jenis inflasi ini terjadi karena ada faktor dari penawaran dan permintaan yang akhirnya menyebabkan ketidakseimbangan antara keduanya. Jika terjadi akibat penawaran, maka persoalannya adalah kapasitas yang sudah ada dan terpakai, namun permintaan cenderung tinggi, sehingga menimbulkan inflasi.
Sementara itu, jika disebabkan oleh permintaan, persoalannya adalah likuiditas yang lebih tinggi, baik dari sisi keuangan, atau akibat tingginya ekspektasi masyarakat terhadap permintaan baru.
Kedua, jenis-jenis inflasi berdasarkan kenaikan harga yang terbagi menjadi empat, yakni:
Creeping Inflation
Jenis inflasi ini tidak terlalu mengganggu perekonomian. Sebab, kenaikan harga terjadi secara normal. Biasanya, kenaikan harga pada jenis ini terjadi di bawah 10% per tahun.
Galloping Inflation
Jenis ini dapat membahayakan kegiatan perekonomian. Laju inflasi jenis ini berada di kisaran 10% hingga 30% per tahun.
High Inflation
Sesuai dengan namanya, jenis inflasi ini berbahaya dan dapat mengacaukan kondisi perekonomian negara.
Kenaikan harga pada jenis ini berkisar antara 30% sampai 100% per tahun. Pada tahun 1998, Indonesia pernah mengalami inflasi jenis ini, yakni 77,63%.
Hyperinflation
Jenis ini dikenal sulit dikendalikan. Pasalnya, mencapai lebih dari 100% per tahunnya.
Faktanya, Indonesia pernah mengalami tingkat inflasi ini. Pada tahun 1965, tingkat inflasi di Indonesia menembus angka 600%.
Ketiga, jenis-jenis inflasi berdasarkan asalnya yang terbagi menjadi dua, sebagai berikut:
Domestic Inflation
Jenis inflasi ini berasal dari dalam negeri. Biasanya, hal ini terjadi akibat adanya defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Jika pemerintah mencetak uang baru untuk membiayai APBN, jumlah uang yang beredar akan makin meningkat. Hal ini pun menyebabkan harga-harga kebutuhan turut meningkat, dan akhirnya menimbulkan inflasi di dalam negeri.
Imported Inflation
Inflasi jenis ini terjadi akibat dari kenaikan harga barang impor atau yang berasal dari luar negeri. Ketika harga impor meningkat, otomatis harga barang dan jasa tersebut akan terkena dampak kenaikan dan menjadi tinggi saat dijual.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan inflasi dapat menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian suatu negara apabila tidak dikontrol lajunya. Bagaimana Marketeers, sudah mengerti sedikit tentang jenis-jenis inflasi?
Editor: Ranto Rajagukguk