Metaverse mulai menjadi tren teknologi di dunia bisnis. Terobosan inovasi teknologi baru diprediksi mampu menawarkan banyak aktivitas virtual dengan pengalaman layaknya dunia nyata akan memengaruhi perkembangan ekonomi digital.
Metaverse dengan perangkat augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dapat digunakan oleh masyarakat luas dan perusahaan. Tujuan penggunaan teknologi ini untuk meningkatkan kinerja bisnis dan meningkatkan penjualan.
“Sekarang ini, banyak brand yang saat ini berlomba masuk metaverse. Hal ini karena infrastruktur yang sebelumnya lebih mahal, kini lebih terjangkau,” kata Michael Budi CEO & Co-Founder WIR Group dalam webinar Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2022 dengan tema How Will Metaverse Change The World’, Selasa (05/2/2022).
Ia menambahkan, dengan platform ini, orang tidak hanya mengonsumsi namun juga menghasilkan atau memproduksi. Contohnya, saat ini gen Z menghasilkan konten di YouTube. Konsep menghasilkan pada metaverse yang dapat digunakan secara umum juga berlaku untuk usaha kecil dan menengah (UKM) dan semua toko. “Semua bisa memproduksi sesuatu dan menghasilkan di dalamnya,” ujar Michael.
WIR Group merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang merambah teknologi metaverse. WIR Group yang berdiri sejak 2009 ini sudah melayani lebih dari seribu proyek di 20 negara untuk pembuatan toko virtual dan perangkat internet of things berbasis AR.
Belum lama ini, WIR Group bekerjasama dengan Bank BNI untuk membuat teknologi ini. SEVP Digital Business, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Rian Eriana Kaslan menjelaskan, BNI masuk ke metaverse ini dengan tujuan meningkatkan kemampuan teknologi.
“Kami antisipasi metaverse sebagai perkembangan teknologi yang sesuai dengan keinginan nasabah untuk mendapat pengalaman yang lebih baik. Pengalaman tidak hanya saat melakukan transaksi, tapi lebih banyak kepada bagaimana menggunakan metaverse. BNI mempertimbangkan penggunaan metaverse untuk mendapatkan pengalaman terbaik yaitu edukasi dan informasi nasabah atau calon nasabah dari masyarakat dalam meningkatkan literasi keuangan,” kata dia.
Direktur Pemberdayaan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Bonifasius Wahyu Pudjianto menyebut, riset per tahun 2019 menunjukkan VR dan AR berpotensi meningkatkan GDP global hingga US$ 1,5 triliun. Selain itu, VR dan AR ini memberi dampak terhadap pekerjaan. Data menunjukkan ada peningkatan jumlah tenaga kerja pada tahun 2019. Ada 824 ribu pekerjaan yang dikaitkan dengan VR dan AR. Namun, dari proyeksi yang dilakukan pada tahun 2030 akan mencapai 23,3 juta pekerjaan baru.
“Kita melihat secara mendalam metaverse dampaknya terhadap masa depan ekonomi digital. Saya kutip dari JP Morgan, teknologi ini akan menyusup ke semua lini ekonomi. Peluang ekonomi diperkirakan mencapai kurang lebih US$ 1 triliun per tahunnya. Sangat besar nilainya, bahkan diperkirakan pada tahun 2026, 25% masyarakat akan menghabiskan waktunya setidaknya 1 jam per hari di metaverse. Bahkan 30% organisasi dunia akan miliki produk dan layanan yang siap diakses di metaverse,” paparnya.