Ingin Ekonomi Digital Melesat? Ubah Regulator Jadi Akselerator

marketeers article
50625522 handy compass industry with text and arrow 4.0.

Pemerintah memegang peran penting sebagai regulator dalam pengembangan ekonomi digital. Tanpa regulasi, proses dalam industri ini bisa kacau. Sebab itu, regulasi yang tepat menjadi kunci penting dalam pengembangan ekonomi digital. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menilai peran pemerintah sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital dengan mengembangkan kebijakan afirmatif dan less regulate.

“Peran pemerintah sangat penting untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital. Hal yang pertama dilakuan kita ubah mindset. Jika dulu kementerian saya lebih banyak memainkan peran sebagai regulator, kini peran kami lebih ke fasilitor dan menjadi akselerator,” jelasnya dalam New Economy Talk: Maximizing Digitalization as Means to Improve Wealth and Income Distribution di Medan Room, BICC, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018) seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Kominfo.

Menurut Rudiantara, dirinya hanya mengalokasi waktu kurang dari 50% untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan urusan regulasi. Rudiantara mengaku dirinya lebih banyak memainkan peran sebagai fasilitator.

“Bagaimana pemerintah menjadi fasilitator dan menjadi akselerator ekonomi digital. Sebelumnya ada 36 tipe perizinan di Kementerian Kominfo. Sekarang, kami mensimplifikasi hanya menjadi lima jenis perizinan. Dan, permohonan izin diberikan same day, jika diajukan sebelum siang hari akan diterima sore harinya sebelum jam enam sore. Jika mengajukan setelah jam 12 siang, maka akan mendapatkan izin keesokan pagi hari,” paparnya.

Dalam paralel event Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 itu, Rudiantara menyatakan pihaknya akan selalu mengembangan ekosistem dengan cara pandang bahwa regulasi terbaik adalah less regulation. Ia menggambarkan perubahan yang diambil pemerintah untuk mengembangkan kebijakan yang ramah terhadap dinamika ekonomi digital.

“Saya lebih memilih regulasi diserahkan kepada sektor karena teknologi digital berubah dengan cepat. Sebelum tinta kering saat menandatangani aturan, teknologinya sudah berubah. Dengan menyerahkan kepada sektor, tentu akan dapat lebih mengakomodasi masukan dari pelaku industri dan ekosistem,” tandasnya.

Peran fasilitasi oleh pemerintah ditunjukkan Rudiantara dengan contoh adopsi teknologi 4G yag berlangsung lebih cepat. Sebelumnya industri telekomunikasi menyatakan akan mengadopsi 4G pada tahun 2016 atau 2017, setelah diskusi, kita bisa menerapkan pada tahun 2015.

Ada pula kebijakan afirmatif yang dilakukan untuk membuat internet cepat merata. Tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat yang ada di Jakarta, tapi juga masyarakat yang tinggal di bagian timur Indonesia

“Di Jakarta, Anda bisa menikmati akses 7 Gbps. Sementara saudara kita di timur hanya menimkati 300 Mbps dan harus membayar lebih mahal. Ini tidak adil, maka pemerintah mengeluarkan Program Palapa Ring yang akan menghubungkan seluruh kota dan kabupaten di Indonesia dengan internet kecepatan tinggi,” tuturnya.

Kebijakan afirmatif ini diambil karena operator telekomunikasi tidak akan membangun infrastruktur yang tidak feasible secara bisnis. “Dan itu menjadi tugas pemerintah untuk membangun infrastruktur yang menopang ekonomi digital,” ungkapnya.

Pendekatan fasilitasi juga diterapkan dalam mengembangkan start up digital. “Kita juga membangun program dengan tujuan pada tahun 2020 bisa menciptakan 1.000 startup yang mengalami tahapan yang tepat, mulai dari ignition, incubation, sampai acceleration,” tuturnya.

Mengenai akselerasi, peran pemerintah tampak dalam upaya mendorong terciptanya unicorn. Saat ini telah ada empat unicorn dan ribuan start up digital. “Pemerintah bersama ekosistem kita memainkan peran mak comblang untuk mempertemukan start up digital dengan venture capital melalui program Next Indonesia Unicorn,” jelasnya seraya menambahkan Kementerian Kominfo menargetkan akan menambah satu unicorn lagi pada tahun 2019.

Menurutnya, pada Mei 2018 lalu,  sukses mempromosikan startup Indonesia terkemuka, dan menghasilkan 1.035 pertemuan yang difasilitasi serta 2.020 koneksi yang terjadi antara 70 startup Indonesia dengan 89 investor asing dan lokal.

“Selanjutnya akan digelar akhir pekan ini, akan dihadiri oleh startup potensial yang terkurasi dengan ventur capital seperti Sequia, Alibaba Group dan Softbank. Di kawasan ini ventur capital sedang mengincar pasar Indonesia untuk investasi,” pungkas Rudiantara.

Related