Indonesia secara resmi menyampaikan keinginannya untuk bergabung dalam BRICS, yang merupakan kelompok negara terdiri atas Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (South Africa) sebagai insiatornya. Kelompok ini menjalin kerja sama terkait pengembangan dan pengaruh dalam urusan internasional.
Sebagai informasi, BRICS pertama kali diinisiasi pada tahun 2006 untuk membahas isu-isu terkini global. Keanggotaannya diperluas pada tahun 2023 dengan bergabungnya Ethiopia, Iran, Mesir, dan Persatuan Emirat Arab.
BACA JUGA: Terlibat di BRICS+ Fashion Summit, Indonesia Siap Perkuat Posisi di Fesyen Global
Sugiono, Menteri Luar Negeri menjelaskan dengan pengumuman tersebut, proses Indonesia untuk bergabung menjadi anggota BRICS telah dimulai. Secara khusus, Indonesia membawa tiga misi yang di antaranya adalah mendorong perdamaian dunia.
Sugiono menekankan solidaritas dan komitmen terhadap perdamaian global dan menggaris-bawahi krisis yang berlangsung di Palestina dan Libanon. Indonesia tidak dapat berdiam diri saat kekejaman ini terus berlanjut tanpa ada yang bertanggung jawab.
BACA JUGA: Indonesia dan 60 Negara Sukses Meriahkan BRICS+ Fashion Summit
“Indonesia menyerukan gencatan senjata dan penegakkan hukum internasional, serta pentingnya dukungan berkelanjutan untuk pemulihan Gaza,” kata dia melalui keterangan resmi, Senin (28/10/2024).
Dengan keinginannya bergabung BRICS, Sugiono mengajukan beberapa langkah konkret untuk memperkuat kerja sama BRICS dan Global South. Pertama, menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan, yang mana negara-negara berkembang membutuhkan ruang kebijakan, sementara negara maju harus memenuhi komitmen mereka.
Kedua, mendukung reformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini. Institusi internasional harus diperkuat dan memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi mandatnya.
Ketiga, adalah menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritas di antara negara-negara Global South. BRICS dirasa dapat berfungsi sebagai perekat untuk mempererat kerja sama di antara negara-negara berkembang.
“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” tuturnya.
Di sisi lain, Sugiono menyebut prioritas BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih, antara lain terkait ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan ataupun pemajuan sumber daya manusia. Melalui forum ini, Indonesia ingin mengangkat kepentingan bersama negara-negara berkembang atau Global South.
“Kita lihat BRICS dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama Global South. Namun, kita juga melanjutkan keterlibatan atau engagement kita di forum-forum lain, sekaligus juga terus melanjutkan diskusi dengan negara maju,” ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk