Ingin Investasi ke SBN, Kenali Dulu Definisi, Tujuan, dan Risikonya

marketeers article
Foto: www.123rf.com

Akhir Mei lalu, pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) jenis Saving Bond Ritel (SBR) SBR011. Ini merupakan SBN Ritel ketiga yang diterbitkan pemerintah sejak awal tahun 2022.

Sebelumnya, telah terbit Obligasi Ritel Indonesia (ORI) ORI021 pada awal tahun dan Sukuk Ritel (SR) SR016 pada Maret 2022 lalu. Masa penawaran SBR011 dari tanggal 25 Mei-16 Juni 2022 dan mempunyai jangka waktu investasi selama dua tahun.

Bagi masyarakat yang berminat berinvestasi di SBR011, bisa mendapatkannya melalui agen penjual yang telah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan. Para mitra dimaksud adalah bank, sekuritas, dan intitusi keuangan lainnya, salah satunya Moduit sebagai platform digital private wealth management.

Namun, sebelum memutuskan untuk melangkah ke agen penjual, penting untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan SBN, jenis-jenisnya, kemudian risiko dan tentu saja keuntungan yang berpotensi diperolah. Dikutip pada laman Kementerian Keuangan, SBN merupakan produk investasi yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah.

Tujuan pemerintah menerbitkan SBN adalah untuk menggalang dana masyarakat dalam pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan begitu, masyarakat dapat menjadi investor SBN sekaligus berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan nasional.

Sederhananya, dengan membeli SBN, maka Anda telah menginvestasikan sejumlah dana kepada pemerintah untuk jangka waktu tertentu. Setelah jatuh tempo pemerintah akan mengembalikan dana investasi tadi secara utuh, ditambah kupon atau bunga sebagai hasil investasi.

Menariknya lagi, SBR memiliki kupon yang mengambang dengan kupon minimal (floating with floor) dan mengacu pada BI 7 Day Reverse Repo Rate. Contohnya, pada SBR10 yang diterbitkan Pemerintah pada Juli 2021 dengan kupon minimal 5,10% per tahun untuk tiga bulan pertama setelah penerbitan. Penetapan kupon tersebut mengacu pada suku bunga acuan BI saat itu sebesar 3,5% ditambah 160 bps. Setelah tiga bulan, bila suku bunga acuan naik ke angka 4% maka kupon SBR bisa menjadi 5,60% per tahun.

Manuel Adhi Purwanto, Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit mengatakan ketentuan floating with floor membuat investasi yang ditanam akan terlindungi dari kenaikan inflasi, sehingga dapat dipastikan nilai investasi tidak tergerus. Sebaliknya, akan terus naik, terlebih mencermati tren kenaikan suku bunga acuan.

“Inilah letak menariknya SBR11, karena tren kenaikan suku bunga acuan membuka peluang kupon SBR11 bakal lebih tinggi dibanding kupon ORI021 sebesar 4,90% dan kupon SR016 sebesar 4,95% yang sebelumnya diterbitkan pemerintah,” urai Manuel.

Adapun terkait risiko investasi, karena diterbitkan pemerintah, bisa dikatakan produk ini dapat digolongkan sangat rendah risiko bahkan zero risk. Sebaliknya bunga yang dihasilkan dari SBN cukup bersaing dibanding instrumen investasi perbankan seperti deposito apalagi tabungan.

SBN sendiri terbagi dalam beberapa jenis, yaitu SBN Konsvensional, SBN Syariah, SBN Fixed Rate, dan SBN Floating Rate. Khusus SBN Konvensional digolongkan lagi dalam dua instrumen, yaitu ORI dan SBR. Perbedaaannya, bila ORI dapat ditransaksikan di pasar sekunder atau bisa perjual-belikan sebelum jatuh tempo, sedangkan SBR tidak ditransaksikan di pasar sekunder. Tapi, bila Anda perlu dana mendesak, tidak perlu khawatir sebab pencairannya tidak harus menunggu

“Sekarang ini, SBR011 telah hadir sebagai alterrnatif investasi yang semakin diminati investor. Moduit melirik untuk merambah SBR sebagai produk unggulan yang sudah dijamin aman oleh pemerintah. Investasi ini terjangkau, menguntungkan sekaligus membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bersama-sama berpartisipasi dalam pembiayaan APBN,” tutup Manuel.

    Related