Ini Alasan Accor Ganti Nama dan Logo

marketeers article
Melihat celah di bisnis agen perjalanan online, jaringan hotel asal Prancis Accor melakukan manuver penting. Dengan menggelontorkan dana senilai 22 juta euro (US$ 25 juta), Accor akan berinvestasi pada lini pemesanan kamar onlinenya Accorhotels.com. Hal itu dilakukan sebagai amunisi dalam melawan dominasi online travel agent (OTA) seperti Expedia dan Booking.com.
 
Jaringan hotel terbesar keempat di dunia yang dipimpin oleh Sebastien Bazin sebagai CEO ini juga mengubah nama mereknya sesuai dengan nama situsnya, Accorhotels. “Transformasi platform distribusi kami ke pasar online yang lebih terbuka merupakan langkah besar yang mencerminkan pendekatan baru kami,” kata Bazin dalam keterangan persnya.
 
Tak hanya nama, Accor juga mengubah sedikit logonya, dari seekor angsa abu-abu menjadi berwarna kuning madu. Burung ini akan menjadi lambang AccorHotels dan juga ikon aplikasi mobilenya. Selain itu, Accor pun mempunyai sebuah slogan baru “Feel Welcome”. Menurut Bazin, brand promise ini menyiratkan merek Accor yang sederhana, ramah-tamah, menonjol, dan universal.
 
Accor yang bersaing dengan InterContinental, Marriott dan Starwood, sebelumnya telah mengumumkan bakal menghabiskan 225 juta euro untuk memperkuat bisnis digitalnya sepanjang tahun 2014 hingga 2018. Digitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan hingga tiga kali lipat pemesanan online di sepuluh ribu hotelnya melalui sebuah servis yang akan diluncurkan pada Juli mendatang.
 
Pasalnya, grup hotel terbesar seEropa ini tengah menghadapi tantangan dari meningkatnya kompetisi agen perjalanan online yang memukul margin pelaku bisnis perhotelan tradisional. Sebab, para OTA itu mampu memperoleh komisi hingga 20% dari biaya kamar. Selain itu, Accor juga mesti mengantisipasi “serangan” perlahan dari Airbnb, situs online yang memungkinkan pengguna untuk menyewa atau menyewakan sebuah tempat menginap.
 
Selama ini, Accor mencetak sepertiga penjualannya dari pemesanan online, baik yang berasal dari web mereka sendiri, maupun dari berbagai situs-situs OTA. Keseriusan Accor dalam menggenjot lini pemesanan online juga terlihat saat pihaknya membeli startup asal Prancis, Wipolo, sebuah perusahaan perangkat lunak yang menawarkan layanan rencana perjalanan.
 
Pada April lalu, Accor juga membeli FastBooking, penyedia layanan digital untuk industri hotel. Dengan akuisisi itu, Accor dapat menawarkan layanan pemesanan online untuk para pelaku bisnis perhotelan independen. Deputy CEO Accor Vivek Badrinath kepada Reuters mengatakan, Accor akan mengenakan biaya komisi yang lebih rendah dari yang dibebankan oleh para OTA. 
 
Ketika Bazin, seorang spesialis private equity, mengambil alih kepemimpinan Accor pada bulan Agustus tahun 2013 lalu, Accor pun melakukan reorganisasi dengan menghadirkan dua divisi usaha. Pertama, HotelServices sebagai pengelola waralaba dan operator hotel. Kedua, HotelInvest sebagai pemilik hotel dan investor. Dengan memisahkan bisnis layanan hotel dari kegiatan properti, diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
 
Hingga saat ini, Accor telah memiliki 3.700 hotel di seluruh dunia mulai dari hotel mewah Sofitel hingga hotel bujet ekonomi ibis. Di Indonesia, Accor berencana memiliki 100 hotel hingga tahun 2015, dan 200 hotel hingga tahun 2020.

    Related

    award
    SPSAwArDS