Dengan bonus populasi yang disertai dengan dominasi kalangan produktif, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial bagi kebutuhan tenaga kerja. Namun, pergerakan industri tidak semuanya berjalan mulus. Di satu sisi, industri yang berkembang selalu membutuhkan tenaga kerja baru. Di sisi lain, industri yang mengalami perlambatan ekonomi harus menegerem permintaan tenaga kerja. Lantas, mana industri yang merekah dan mana yang tidak tahun ini?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 119,91 juta jiwa sampai akhir tahun 2014. Angka itu pada tahun lalu bertambah 1,72 juta jiwa yang berasal dari angka lulusan baru. Di sisi lain, angka kesempatan kerja di Tanah Air tahun 2015 diprediksi mencapai 1,87 juta, sedangkan angkatan kerja baru tahun ini diperkirakan mencapai 1,2 juta jiwa.
Dus, secara matematis, jumlah lowongan kerja (supply) lebih banyak ketimbang jumlah pencari kerja (demand). Menurut portal lowongan kerja online JobsDB, ada beberapa faktor yang membuat jumlah lowongan kerja melimpah untuk angkatan baru. Selain karena maraknya ekspansi perusahaan di Indonesia, juga terbukanya lahan kerja baru dari sektor Small Medium Entreprise (SME) atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan perusahaan rintisan (startup).
Bernadette Themas, Managing Director Kelly Services Indonesia, kepada Marketeers mengatakan, industri yang bakal membutuhkan banyak tenaga kerja baru di tahun ini adalah industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG), institusi keuangan, dan industri konstruksi dan infrastruktur. Di sisi lain, industri minyak & gas serta pertambangan akan mengurangi permintaan tenaga kerja lantaran dua industri itu tengah loyo.
“Saya melihat banyak tenaga kerja berprestasi lokal yang mengejar dollar di luar negeri, terutama mereka yang bergelut di bidang minyak & gas. Programer dan web desainer Indonesia pun juga diperebutkan di luar negeri. Perusahaan luar negeri menilai orang Indonesia memiliki kemampuan dan chemistry yang baik. Kelemahannya hanya satu, yaitu bahasa,” ungkap Themas.
Di tempat terpisah, Head of Marketing JobsDB Bayu Janitra Wiroadmodjo menilai, lapangan pekerjaan di bidang digital merupakan yang paling meroket angka pertumbuhannya. Hampir setiap hari, portal pekerjaan online asal Australia ini mempublikasikan lowongan kerja untuk posisi Social Media, Search Engine Optimazation (SEO), Search Engine Marketing (SEM), dan Web Developer. Meski merekah, Bayu bilang, jumlah tenaga kerja di bidang digital masih minim. Akibatnya, sulit bagi perusahaan untuk mencari tenaga kerja ekspert, yang tidak hanya mahir dalam teori, namun juga praktik.
“Perlu menjadi perhatian penting bagi Perguruan Tinggi (PT) saat ini untuk melihat kondisi makro ekonomi Indonesia. Digital bisnis mulai berkembang selama dua tahun terakhir. Semestinya, semua jurusan di PT harus membahas perkembangan yang terjadi di dunia itu. Jurusan ekonomi misalnya, ia harus sudah berbicara bisnis dari sudut pandang digital. Sehingga ketika lulus nanti, lulusan baru sarjana ekonomi setidaknya sudah mengerti dasar-dasar digital,” desak Bayu.
Bayu melanjutkan, selain bidang digital, berbagai bidang lain juga masih menunjukkan permintaan tenaga kerja yang tinggi, di antaranya bidang administrasi, marketing, sales, dan pengembangan bisnis. Sedangkan sektor industri yang tengah membutuhkan banyak tenaga kerja baru adalah industri perbankan dan konstruksi.