Menjelang bulan puasa Ramadan, biasanya harga sejumlah kebutuhan pokok seperti beras dan gula mengalami peningkatan. Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) diberi peran sentral untuk mengerem kenaikan harga yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, dalam meminimalkan potensi inflasi pada bulan puasa dan Lebaran 2017, pihaknya memperkuat peran Rumah Pangan Kita (RPK), yang merupakan outlet ritel yang menyalurkan produk-produk pangan yang dikelola Bulog.
Sampai saat ini, Bulog telah mengoperasikan 18.000 titik RPK di seluruh Indonesia, hasil kerja sama dengan masyarakat. Hasil pangan tersebut akan terdistribusi melalui kanal RPK, sehingga harga diharapkan tak melonjak naik ketika musim festive tiba.
“RPK adalah satu upaya kami yang melibatkan masyarakat atau ekonomi kerakyatan dalam membantu negara menstabilkan harga pangan,” kata Djarot di acara BUMN Marketeers Club, di kantornya, Jakarta, Senin (8/5/2017).
Dia menjelaskan, RPK di tengah masyarakat bukanlah menjadi pesaing bagi para pedagang komoditas bahan pokok. Hadirnya RPK justru menjadi kontrol dan pengawasan bagi pedagang agar tidak melakukan tindakan yang berpotensi mendongrak kenaikan harga, seperti menimbun barang demi meraih untung besar.
“Masyarakat punya solusi berbelanja dengan harga normal lewat RPK. Sehingga, pihak-pihak yang berniat menimbun bahan pokok agar harganya melonjak, berpikir dua kali,” tuturnya.
Dari sisi pasokan, Bulog telah menyediakan stok beras, gula, minyak, dan daging jauh-jauh hari sebelum bulan puasa tiba. Ia optimistis, kebutuhan masyarakat akan barang tersebut akan tercukupi dengan stok yang ada saat ini. Dengan kata lain, Bulog tidak berencana melakukan impor saat Ramadan.
Stok beras di Bulog mencapai 2 juta ton. Jumlah itu setara dengan kecukupan kebutuhan beras untuk masyarakat kelas menengah bawah selama delapan bulan ke depan. Sedangkan bagi kelas atas, dianggap cukup untuk 2-3 bulan mendatang.
Sementara itu, stok pangan lain yang disediakan Bulog seperti daging kerbau juga aman. Bulog masih memiliki 39 ribu ton daging kerbau. Jika permintaan meningkat, Bulog akan menambah sekitar 10-20 ribu ton daging menjelang Lebaran.
“Kami juga menyediakan barang-barang khusus yang mempengaruhi kenaikan harga di pasar, seperti bawang putih, cabai, dan bawang merah,” ujarnya.
Sempat merugi
Kuartal pertama tahun 2017, Bulog memang tak mencatatkan kinerja keuangan yang cemerlang. Pasalnya, BUMN ini mencatat kerugian sebesar Rp 903 miliar yang menempatkannya sebagai perusahaan plat merah dengan kerugian terbesar menurut catatan kinerja BUMN.
Penyebab utamanya adalah selama tiga bulan pertama tahun 2017, Bulog tidak dapat menyalurkan beras keluarga sejahtera atau rastra. Ini terjadi akibat Bulog mesti menunggu Surat Keputusan (SK) Menteri Sosial mengenai penerima program rastra tersebut.
Setiap bulannya, Bulog menyalurkan 250.000 ton beras kepada penduduk miskin. Artinya, ada sekitar 750.000 ton yang tidak jadi disalurkan selama kuartal pertama tahun ini. Dengan 70% pendapatan Bulog ditorehkan dari penjualan beras rastra, maka kondisi tersebut membuat perusahaan ini merugi.
Jika Surat Keputusan menteri sudah ada saat itu, Bulog diyakini memperoleh pendapatan Rp 1 triliun.