Kesehatan mental menjadi isu yang semakin diperhatikan masyarakat saat ini, terutama generasi muda. Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung menjadi salah satu tantangan bagi kesehatan mental. Berdasarkan laporan dari UNICEF The State of The World’s Children 2021, 29% anak muda di Indonesia sering merasa tertekan atau memiliki sedikit minat untuk melakukan kegiatan. Melihat hasil laporan tersebut, TALKINC menyelenggarakan rangkaian kegiatan dalam membantu generasi muda mengembangkan potensi diri untuk menuju stabilitas mental menyikapi tantangan hidup pasca pandemi.
Menurut Erwin Parengkuan selaku Founder dan CEO TALKINC, generasi muda dipenuhi kreativitas dan ide-ide segar, namun pandemi membawa berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari. Melalui kegiatan yang bertajuk Unlocking Limitless Imagination pada 17 November hingga 27 November 2021, TALKINC mengambil peran dengan memberikan edukasi secara webinar serta menyalurkan donasi kepada SOS Children’s Villages sebesar Rp 50 juta. Kedua kegiatan ini merupakan bentuk komitmen TALKINC dalam menyuarakan semangat bagi mental dan pendidikan anak-anak Indonesia di masa depan.
“Mari bersama-sama kita ciptakan lingkungan yang sehat dan pola hidup seimbang untuk menjaga kesehatan mental. Melalui mental yang sehat, diharapkan generasi muda siap menyambut Indonesia Emas 2045 dengan menghadirkan imajinasi tanpa batas,” ujar Erwin.
Bagi yang belum mengetahui, gangguan kecemasan dapat diukur dari beberapa faktor. Di antaranya rasa kebingungan, banyak pertanyaan, keraguan, hingga merasa tidak aman dan kerap membandingkan kehidupan. Sehingga, para penderita gangguan kecemasan cenderung kurang percaya diri, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi.
“Situasi ketidakpastian yang panjang selama pandemi, membentuk rasa kecemasan bagi generasi muda disaat sedang tumbuh berkembang dalam mengejar target mereka. Untuk mengatasi gangguan kecemasan tersebut, diperlukan faktor eksternal yang dapat dimulai dari lingkungan sosial yang sehat dan mendukung serta faktor internal yang dimulai dari mengenali diri dan cara berpikir yang lebih positif. Hal terpenting adalah belajar menerima kenyataan dan berhenti untuk membandingkan diri kita dengan orang lain,” ungkap Tara de Thouars selaku Psikolog Klinis.
Editor: Eko Adiwaluyo