Menjanjikan, industri healthcare services bakal kebanjiran banyak peluang. Bonus demografi, program jaminan kesehatan, pemindahan ibu kota, dan tren gaya hidup sehat siap menyambut para pemain. Di satu sisi, isu resesi, fluktuasi nilai dolar, hingga perkara regulasi menjadi bayang-bayang yang bakal menghantui lanskap bisnis industri ini. Seperti apa?
Industri healthcare services Indonesia bakal mendapat peluang besar berkat bonus demografi yang segera diterima. Dengan jumlah penduduk yang kian bertambah, kebutuhanan akan layanan kesehatan pun semakin meningkat. Tak heran, jika para pemain nampak optimistis menyambut bonus demografi ini.
Apalagi, ada banyak peluang baru yang bisa diambil para pemain di tahun depan. Pemindahan Ibu Kota misalnya, menuntut permintaan akan kebutuhan layanan kesehatan yang memadai. Program pemerintah yang berupaya memeratakan layanan kesehatan di berbagai daerah turut menjadi peluang besar yang bisa diambil para pemain.
Data Kementerian Kesehatan mencatat, hingga akhir 2018 jumlah Rumah Sakit di seluruh Indonesia mencapai 2.813 unit yang terdiri dari 2.269 Rumah Sakit Umum dan 544 Rumah Sakit Khusus. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menggenjot investasi sektor kesehatan di berbagai daerah di Indonesia. Pasalnya, jumlah Rumah Sakit masih terkonsentrasi di wilayah Jawa Timur (381) dan Jawa Barat (350). Provinsi lain, seperti Papua Barat, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Utara masih minim layanan Rumah Sakit.
Lebih dari itu, jika proyeksi Mirae Asset Sekuritas Indonesia soal Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) untuk belanja kesehatan yang menyentuh Rp 132.2 triliun benar-benar terwujud, tentu hal ini menjadi harapan cerah bagi para pemain.
“Masih sama seperti tahun ini, kehadiran BPJS menyebabkan terjadi penurunan pertumbuhan dari sisi value, namun meningkat dari sisi unit. Fluktuasi harga dolar akan sangat memengaruhi bahan baku yang diimpor. Saya prediksi industri farmasi akan bertumbuh, namun tidak sebesar tahun-tahun sebelum kehadiran BPJS. Jika sebelum kehadiran BPJS, industri farmasi bisa tumbuh 12%-17%, kini pertumbuhannya berada di bawah 4%. Tahun depan pun nampak tak akan jauh berbeda. Namun, masih tetap sehat,” ungkap Barokah Sri Utami, Direktur Utama PT Phapros Tbk.
Potensi industri healthcare di Indonesia diprediksi Emi masih akan terus bertumbuh, mengingat masih banyak pasien Indonesia yang lebih memilih memanfaatkan jasa kesehatan di luar negeri. “Jika para pemain mampu menarik pasien-pasien tersebut untuk mulai menggunakan layanan jasa kesehatan di Indonesia, keuntungan yang diambil bisa sangat besar. Pasalnya, sekitar 60% orang-orang masih menggunakan jasa kesehatan di luar negeri,” kata Emi.
Tapi, bukan berarti sektor ini sepi dari tantangan. Para pemain, terutama sektor farmasi harus bersiap menghadapi fluktuasi nilai dolar yang bakal berpengaruh pada bahan baku produk farmasi impor. Belum lagi, situasi global yang kian tak pasti. Isu resesi dapat membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran.
“Di tahun depan, tantangan akan datang dari kondisi perekonomian global. Saya khawatir isu resesi yang belakangan banyak diprediksi bisa benar-benar terjadi. Jika memang mengarah ke sana, mau tidak mau perekonomian Indonesia pun akan terpengaruh. Walaupun, sektor kesehatan mungkin tidak akan terkena dampak separah sektor-sektor dengan tingkat konsumeritas tinggi,” ungkap Irawati Marga, Direktur Utama Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan.
Ditambah dengan persoalan regulasi yang terkadang cukup berbelit bagi para pemain di sektor ini, sebut saja Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 30 tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit yang dianggap menyulitkan banyak pemain.
Sementara, di sektor perawatan kecantikan, perubahan gaya hidup pun akan membawa perubahan baru. Klinik-klinik perawatan dan kecantikan diprediksi akan terus bertumbuh. Yang menarik, bukan hanya kaum Hawa, melainkan Adam sekali pun. Pola pengobatan pun berubah. Masyarakat menjadi lebih gemar melakukan tindakan preventif, misalnya dengan melakukan medical checkup secara teratur.
“Lini bisnis klinik perawatan dan kecantikan akan terus bertumbuh seiring dengan perubahan gaya hidup konsumen yang kian peduli terhadap penampilan. Termasuk, kaum pria. Klinik perawatan khusus pria akan semakin dicari. Selain itu, generasi Z akan menjadi pasar potensial yang harus mulai digarap. Berbeda dengan milenial yang peduli dengan harga, generasi Z terbilang lebih royal dan loyal untuk urusan perawatan wajah dan tubuh,” kata Feriani Chung, Vice President Sales & Marketing ZAP Clinic.