Ini Dia Masa Depan Farmasi Menurut Phapros

marketeers article

Sebagai salah satu pemain farmasi, PT Phapros Tbk menyadari pentingnya sikap responsif pada teknologi. Salah satu teknologi masa depan yang diprediksi bakal mengubah lanskap industri farmasi adalah bioteknologi. Menghadapi ini, Phapros berancang-ancang berkolaborasi bersama banyak pihak dengan kompetensi yang ada.

Selain itu, setahun terakhir, regulasi pemerintah terkait BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan dinilai cukup memengaruhi lanskap industri farmasi saat ini. Obat-obatan generik meningkat, sementara obat-obat bermerek dan ethical terbilang stagnan atau bahkan merosot. Namun, tidak berarti pasar OTC maupunethical tergerus. Sebaliknya, produk ini memiliki peluang  mengingat perubahan di lanskap konsumen yang menghayati gaya hidup sehat.

Berikut wawancara Sigit Kurniawan dariMarketeers dengan Iswanto, Presiden Direktur PT Phapros Tbk terkait dengan strategi perseroan menjawab tren teknologi, BPJS, dan inovasi:

Bagaimana Anda melihat pasar farmasi sekarang dan di tahun-tahun mendatang?

Salah satu dampak luar biasa pada industri farmasi di Indonesia selama setahun belakangan adalah regulasi soal BPJS Kesehatan. Di satu sisi, BPJS Kesehatan ini menjadi sebuah peluang baru, tetapi di sisi lain sangat menantang. Kebijakan kami di pasar juga harus berubah. Pertumbuhan produk generik menjadi tinggi, sementara produk bermerek terpangkas. Apalagi BPJS Kesehatan saat ini menargetkan 125 jutaan penduduk. Ini seperti Obamacare di Amerika Serikat yang tak lepas dari banyak tentangan.

Seberapa pengaruh pada bisnis Phapros?

Rumah-rumah sakit yang dulunya menggunakan produk-produk bermerek mengalami pemotongan pada pasar kelas tiganya. Produk bermerek masih memilik tempat di rumah sakit, tetapi ada di segmen menengah atas. Pada tahun 2014, rumah-rumah sakit pemerintah sudah menerapkan kebijakan BPJS tersebut. Tapi, pada tahun 2015 ini, rumah-rumah sakit swasta mulai menggunakan kebijakan ini. Banyak yang sudah menggunakan obat generik. Ini jelas tantangan bagi kami, khususnya produk-produk ethical bermerek kami. Apalagi pelanggan kami bukan konsumen OTC sebagai end user, tapi konsumen ethical yang merupakan decision maker seperti para dokter.

Apa yang kemudian dilakukan Phapros?

Saya melihat semua pemain di industri ini harus meningkatkan kapasitasnya karena peluang yang masih besar. Strategi yang diusung adalah cost leadership karena kompetisinya ada di harga. Peningkatan kapasitas produksi ini penting karena nantinya kebutuhan akan obat dan farmasi makin besar. Pada tahun 2012, misalnya, utilisasi dari kapasitas nasional sudah mencapai 70%. Sementara, farmasi masih tumbuh sekitar 10%-15%. Dalam sekian tahun ke depan, kalau tidak menambah kapasitas, kondisinya bisa timpang. Tentu saja, produktivitas ini harus diimbangi dengan kreativitas melalui beragam inovasi.

Bagaimana dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015?

Nah, ini dia. Kalau dari produksi nasional tidak siap, negara lain khususnya India dan Tiongkok bisa menjadi ancaman. Mereka bisa menjadi pemain besar di sini.

Bagaimana Anda memandang kompetisi di industri farmasi saat ini?

Di industri ini, tidak ada pemain yang dominan. Pemain nomor satu saja hanya menguasai pangsa pasar sebesar 7%. Pemain lain terfragmentasi dalam spesialisasi masing-masing. Phapros sendiri menguasai spesialisasi ortopedi, THT, cardio neuro, dan sebagainya. Kekuatan-kekuatan produk ini yang terus kami kembangkan. Ini juga yang menjadi competitive advantages kami. Di Phapros ada tiga pilar bisnis, yakni  OTC (over the counter), ethical branded, dan generik. Kalau bicara soal kompetisi dalam pemasaran, kami andalkan produk OTC maupun ethical branded.

Tren masyarakat konsumen berubah. Bagaimana Anda menilainya?

Masyarakat sekarang sudah makin sadar akan kesehatan. Hal ini juga dipicu oleh meningkatnya daya beli dan tercermin dengan makin banyaknya jumlah kelas menengah di Indonesia. Hidup sehat mulai menjadi bagian gaya hidup modern. Masyarakat membutuhkan produk-produk suplemen yang mendukung gaya hidup sehat mereka. Mereka cenderung lebih preventif ketimbang kuratif dalam masalah kesehatan.

Seberapa pesar pasar OTC dan ethical branded?

Pasar farmasi nilainya Rp 53 triliun pada tahun kemarin. Dari angka tersebut, 56% dikuasai ethical dan sisanya OTC. Pasar OTC masih besar meskipun Phapros terbilang telat masuk ke OTC ini. Di kelas OTC, kami belum mempunyai banyak merek. Salah satunya, Antimo yang pada tahun ini kami akan luncurkan ekstensinya berupa Antimo herbal. Antimo menjadi merek OTC kami yang cukup kuat. Ini yang kami rebranding dari obat mabuk di perjalanan menjadi sahabat dalam perjalanan. Di pasar ethical, kami menguasai sekitar 1,5%-2% dari total pasar ethical branded dan OTC mungkin baru 1% saja.

Produktivitas tentu saja tak cukup, perusahaan juga harus kreatif. Bagaimana Phapros melakukannya di farmasi?

Benar sekali. Selain produktif, kami harus tetap inovatif dan kreatif. Sebab itu, kami selalu meningkatkan kompetensi dengan mengembangkan sistem manajemen inovasi di sini. Termasuk dalam tim Research and Development (R&D) yang kuat. Inovasi kami terjadi pada produk sekaligus proses. Setiap tahun, Phapros meluncurkan produk baru rata-rata 10 item.

Agar tetap relevan, perusahaan sekarang harus bisa merespons teknologi. Teknologi mutakhir macam apa yang diadopsi di Phapros?

Di farmasi, ada teknologi baru yang bakal memengaruhi lanskap bisnis farmasi masa depan. Teknologi ini bernama bioteknologi. Pada tahun 2012, sudah 16% produk farmasi dunia merupakan hasil dari bioteknologi. Produk-produknya tidak lagi menggunakan bahan baku kimiawi, tetapi protein. Pada tahun 2035, pangsa pasar bioteknologi bisa mencapai 40%. Teknologi memang mahal, tetapi mau tidak mau, kami harus masuk. Untuk ini, kami bekerjasama dengan mitra dari Korea.

Era sekarang mendorong perusahaan membangun kolaborasi dan bahkan co-opetition. Seperti apa?

Phapros saat memiliki keunggulan di produk-produk perenteral (obat yang dimasukkan dalam tubuh tanpa melalui mulut – red). Ada lebih dari 15 perusahaan, baik nasional maupun multinasional, yang memproduksi obat ini. Ini menjadi lini bisnis baru kami yang dinamakan Contract Manufacturing Organization (CMO). Dalam hal ini, kolaborasi terjadi untuk saling berbagi antarkompetensi. Tren bisnis farmasi menuju ke arah ini. Selain itu, kami juga melakuan co-marketing dengan para kompetitor. Selain mendukung edukasi, perang harga juga bisa ditekan dengan co-marketing ini.

Pencapaian Phapros selama ini tak lepas dari kepemimpinan Anda. Model apa yang Anda terapkan?

Intinya, saya menerapkan kepemimpinan yang visioner sekaligus membawa perubahan. Saya menjalankan filosofi dari Ki Hajar Dewantara, yakni member teladan, memotivasi, dan mendorong.

Bagaimana kinerja Phapros pada tahun 2014?

Pertumbuhan pendapatan sekitar 10%, sedangkan laba bersih sekitar 8,5%. Angka ini tentunya sejalan dengan kondisi pasar yang ada. Produk-produk generik kami memang bertumbuh besar, tetapi produk-produk bermerek kami agak stagnan. Ini kinerja kami pada tahun 2014. Satu hal yang patut kami waspadai adalah gejolak dollar AS karena 90% bahan baku kami masih impor.

Berapa target tahun 2015?

Pada tahun ini, kami menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai Rp 700 miliar dengan laba bersih sekitar Rp 65 miliar. Kami juga akan melebarkan sayap ke pasar ekspor selain Kamboja, yakni Vietnam, Thailand, dan Afganistan. 

Related