Ini Hasil Diskusi Indonesia-Vietnam di IMF WBG 2018

marketeers article

Indonesia akan memanfaatkan potensi Vietnam menjadi tujuan pasar ekspor dan berperan sebagai rantai pasok tingkat regional bagi industri nasional. Hal ini merupakan salah satu hasil pertemuan  yang terungkap di dalam rangkaian kegiatan The Annual Meetings of International Monetary Fund –World Bank Group (IMF-WBG) 2018.  Presiden Joko Widodo pun menyebutkan sejumlah sektor yang memungkinkan untuk digarap oleh kedua negara.

Upaya mendorong pelaku industri nasional untuk melakukan ekspansi dan investasi baru sekaligus meningkatkan ekspor ke Vietnam terlihat bakal makin gencar dilakukan pemerintah. Pasalnya, di tengah ketidakpastian perekonomian global, pelaku industri nasional masih punya kepercayaan diri yang tinggi untuk melakukan perluasan usaha di tingkat regional. Namun, agar mudah merealisasikannya, diperlukan penguatan kerja kedua belah pihak.

“Seperti yang disampaikan Presiden Jokowi melalui penggambaran dari sebuah serial Game of Throne, di mana kita harus saling bekerja sama guna menyelamatkan kehidupan bersama kita,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).

Ia mengelaborasi hasil upaya peningkatan kerja sama yang telah dilakukan RI-Vietnam telah mencatatkan tren perdagangan kedua negara yang  terus menanjak dalam beberapa tahun belakangan ini. Pada tahun 2017, total nilai perdagangan RI-Vietnam tumbuh sebesar 8,64% menjadi US$ 6,82 miliar dibanding pada tahun 2016 yang mencapai US$ 6,27 miliar.

Di samping itu, investasi Indonesia di Vietnam sepanjang tahun lalu menembus angka US$45,84 juta. Sedangkan, secara total hingga 2017, investasi Indonesia di Vietnam mencapai 69 proyek dengan nilai US$ 477,02 juta. Sementara itu, Vietnam tercatat memiliki delapan proyek investasi di Indonesia yang bernilai US$ 51 juta di sektor industri pengolahan pertambangan, media dan manufaktur.

Dalam pertemuan tersebut, Airlangga menyampaikan ada beberapa poin yang dibicarakan, antara lain Presiden Jokowi menyampaikan keinginan agar pengusaha Indonesia menjajaki peluang pasar baru di Vietnam, seperti produk-produk farmasi dan alat-alat kesehatan.

Airlangga menyakini, kolaborasi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara yang saling menguntungkan. Selain itu melengkapi kebutuhan masing-masing pihak terutama dalam menopang kegiatan sektor industri manufaktur. “Indonesia dan Vietnam berkompetisi di sektor industri yang labor intensive. Tetapi Indonesia mempunyai struktur industri yang lebih dalam, seperti sektor petrokimia, baja, dan resources based,” tutur Airlangga.

Selain itu, Presiden Jokowi dan PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc turut membahas penuntasan hambatan ekspor otomotif Indonesia ke Vietnam, penyelesaian perundingan zona ekonomi eksklusif (ZEE), dan pengembangan konsep kerja sama Indo Pasifik yang mengedepankan sentralisasi Asean.

Related