Untuk membantu institusi pemerintah memahami jumlah data yang terus tumbuh, penting untuk mengadopsi solusi analitik yang interaktif, mudah digunakan, serta memiliki teknologi memori yang kuat. Menurut data SAS Indonesia, salah satu contoh penerapan analitik yang berhasil adalah yang dilakukan oleh pemerintah Belgia. Dengan menggunakan teknik advanced analytics dari SAS yang dikenal dengan hybrid detection model, pemerintah Belgia menghemat 1 milyar Euro setiap tahunnya dari hasil memangkas kerugian yang diakibatkan oleh kejahatan VAT sebesar 98%.
Untuk bisa memaksimalkan big data seperti yang dilakukan oleh pemerintahan Belgia, dibutuhkan salah satu teknologi bernama Hadoop yang merupakan teknologi yang dibuat berdasarkan metode Google untuk menyimpan dan mengolah data. “SAS Data Loader for Hadoop yang digabungkan dengan teknologi data quality dan data integration dari SAS dapat membantu pembuat kebijakan mengatur siklus data secara keseluruhan, mulai dari data management sampai data discovery, dan pengembangan model analitik hingga penyebarannya,” kata Tan Shih Huei, Solution Architect ASEAN, MapR Technologies pada acara seminar Big Data Untuk Layanan Publik di Royal Kuningan, Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Peter Sugiapranata, Sales Director SAS Indonesia mencontohkan peran Hadoop dalam mengolah data yang berasal dari media sosial. “Komentar yang masuk dari media sosial akan dipilah-pilah secara otomatis oleh sistem hadoop, apakah itu termasuk komentar yang negatif atau positif. Pengguna lebih mudah dan lebih cepat merespon beragam komentar dari masyarakat,” tutup Peter.
Dengan demikian, pembuat kebijakan yang dalam hal ini adalah institusi pemerintah mampu dengan mudah, cepat dan murah mengatasi tantangan dalam mengerahkan, mengatur, dan memanfaatkan teknologi big data.
Editor: Eko Adiwaluyo