Ini Perilaku Gen X Y Z di Dunia Ritel Offline

marketeers article

Kehadiran tiga generasi di industri ritel online maupun offline menebar peluang yang cukup menggoda. Secara umum, Gen Y dan Z lebih mendominasi kanal ini. Namun, Gen X menawarkan basket size yang lebih besar. Seperti apa karakter ketiganya?

Selalu ada satu masa di mana konsumen merasa tidak yakin dengan masa depan keuangan mereka. Mereka bisa saja menunda membeli barang-barang di ritel, yang membuat ekonomi melambat. Karena itulah, mengetahui perilaku konsumen dalam berbelanja ritel menjadi hal yang lazim diketahui oleh pemasar, termasuk mereka yang memasarkan produknya melalui jalur perdagangan eceran.

Marketeers bersama Snapcart membuat Survei Belanja Offline & Online 2018 yang dilakukan secara online pada April 2018. Survei tersebut melibatkan 9.281 responden, dengan responden perempuan sebanyak 6.229 (56%) dan responden laki-laki (56%). Responden tersebut terbagi ke dalam tiga generasi, yaitu X (1.695 responden), Y (6.229 responden), dan Z (1.357 responden).

Jika bicara berbelanja kebutuhan sehari-hari, minimarket dan supermarket masih menjadi pilihan utama seluruh generasi. Semakin muda usia konsumen, mereka semakin menggandrungi format ritel yang lebih kecil. Ini terjadi bukan tanpa alasan. Lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal, sehingga dirasa lebih convenience dalam berbelanja. Selain itu, persepsi bahwa ritel minimarket jauh lebih murah juga menjadi salah satu alasan.

Survei Belanja Offline & Online 2018, Snapcart x Marketeers, 2018

Ini juga yang menjadi pertanyaan bagi principle atau brand yang lebih banyak memberikan diskon di minimarket ketimbang format ritel lain. Padahal, teorinya, semakin dekat dengan konsumen, barang harusnya lebih mahal. Ini yang terjadi di ritel di Jepang di mana harga minuman kaleng di convenience store seperti 7-Eleven harganya bisa 50% lebih mahal daripada di super market yang jaraknya relatif lebih jauh.

“Belakangan ini, memang terjadi trading down merek dan format. Konsumen beli produk yang lebih murah dan memilih berbelanja di toko yang lebih kecil untuk menghindari over spending. Sebab, ke toko besar, boros belanja,” kata Yongky Susilo, Staf Ahli Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).

Hal ini tercermin dari survei tersebut di mana masih ada 24% dari Generasi X dan Z yang merasa ritel minimarket menjual produk dengan lebih murah. Kendati, secara rata-rata semua generasi sepakat bahwa ritel supermarketlah yang menjual produk paling murah.

Salah satu pemain besar minimarket pun tengah berusaha memperbesar customer base-nya di kalangan Gen Y dan Z. Sebab, selama ini, ritel yang memiliki lebih dari 12.000 gerai itu kenyang melahap Gen X melalui tangan para ibu yang menjadi core customer-nya.

Karena itu, sejak tahun 2016 Alfamart merilis official account-nya di LINE, di mana ritel ini berharap bisa mengerti insight dari calon pelanggan potensialnya. “Dalam 5-10 tahun yang akan datang merekalah konsumen utama kami,” terang Hans Prawira, Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.

Sementara itu, jaringan toko ayam KFC tak mau pusing dengan jebakan X, Y, dan Z. Ritel ini mengaku merangkul semua kalangan, tanpa mesti fokus menggarap segmen tertentu. “Yang jelas, customer kami ada di semua generasi. Waktu mereka datang ke KFC biasanya berbeda-beda. Gen X pagi hari, Gen Z siang hari sepulang sekolah, Gen Y malam hari untuk nongkrong,” kata GM Marketing PT Fastfood Indonesia Tbk, Hendra Yuniarto.

Survei Belanja Offline & Online 2018, Snapcart x Marketeers, 2018

CSO Snapcart Eko Wicaksono mengatakan, ada banyak hal yang mempengaruhi perilaku konsumen. Salah satu faktornya adalah pada zaman apa mereka tumbuh. Sebab hal tersebut berhubungan erat dengan bagaimana mereka mengonsumsi media, berapa banyak akses yang mereka miliki dalam hal teknologi, dan tren yang terjadi saat itu.

Masing-masing generasi memiliki kebiasaan berbelanja yang berbeda dilihat dari segi lokasi, kategori produk, frekuensi, sampai pada persepsi mereka terhadap tempat-tempat yang menjual produk kebutuhan sehari-hari.

“Dengan pemahaman yang tepat diharapkan brands dapat melakukan pendekatan yang sesuai untuk setiap generasi agar memperoleh hasil yang efektif. Brands perlu menggunakan strategi yang tepat sehingga relevan untuk masing-masing segmen yang ingin disasar.”

Editor: Sigit Kurniawan

Related