Jajan begitu identik dengan dunia si kecil. Beragam jenis penganan anak pun hadir menggoda. Tak terhitung jumlahnya, bahkan terus bertambah dari waktu ke waktu. Tak habis akal, para pemasar berlomba-lomba agar mereknya disukai oleh target market-nya.
Apa yang anak-anak suka akan mempengaruhi otak bagian emosi. Psikolog Hilman Al Madani mengatakan otak bagian emosi anak baru berkembang sempurna pada usia tujuh tahun. “Terkadang mereka tidak menggunakan logika dan tidak memilih-milih. Pertimbangannya hanya like dan dislike,” ungkap Hilman di Jakarta, Kamis (30/4/2015).
Bila ditanya alasan mengapa memilih suatu brand, anak-anak cenderung memilih berdasarkan sesuatu yang disukainya, semisal warna. Sayangnya, bila memilih berdasarkan like dan dislike cenderung mudah berubah tergantung emosi. Itu sebabnya terkadang anak-anak ngotot ingin membeli suatu produk saat di toko. Namun, sesampainya di rumah sama sekali tidak digubris.
Seseorang mulai menyadari suatu brand ketika mereka sudah mencapai abstract thinking. Hilman mengatakan di bawah usia sebelas tahun seorang anak masih berpikir secara konkrit. Anak-anak akan melihat berdasarkan tekstur atau warna. “Bila kita tukar brand-nya, kalau mereka merasa tidak nyaman ataupun tidak familiar menjadi tidak menarik bagi mereka,” kata Hilman.
Hilman mengatakan anak-anak sebenarnya sangat mudah untuk dipengaruhi pada fase ini. Mereka bisa diajarkan untuk memilih berdasarkan manfaatnya. Peran orang tua dan pendidik sangatlah dibutuhkan untuk terus mengulang suatu hal yang ingin ditanamkan pada sang anak.
Menurut Hilman, sesuatu yang terus diulang sebanyak 28 kali akan membentuk kebiasaan dan otak otomatis. Bila sudah mencapai otak otomatis, tanpa berpikir secara analitis, hal ini sudah menjadi dasar karena diulang berkali-kali.