Dalam peringatan Konferensi Asia Afrika di Jakarta, Kamar Dagang Indonesia menargetkan adanya peningkata volume perdagangan Indonesia ke Afrika meningkat sekitar 80% dalam tempo tiga tahun ke depan. Sebelumnya volume perdagangan Indonesia ke Afrika hanya sekitar US$ 10,7 miliar. Dalam waktu tiga tahun akan ditargetkan mencapai US$ 20 miliar per tahun. Sebagai catatan, angka ini masih jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan nilai perdagangan Afrika dan Tiongkok yang mencapai US$ 200 miliar.
Ketua Pelaksana Asian African Business Forum menyampaikan bahwa Indonesia perlu menjajaki semua peluang bisnis yang ada. Selain itu, pasar Afrika yang amat menjanjikan membuat Indonesia perlu melakukan akeselerasi secara maksimal dalam memasuki pasar tersebut. Sayangnya, masih banyak sentimen negatif terkait benua Afrika dari para pelaku bisnis Indonesia sendiri seperti kasus Ebola dan pemberontakan Boko Haram.
Setidaknya terdapat dua negara yang menjadi pasar potensial bagi Indonesia dikawasan Afrika, yakni Nigeria dan Afrika Selatan. Nigeria saat ini memiliki pendapatan per kapita sebesar US$ 3500 dengan jumlah penduduk mencapai 175 juta. Semantara Afrika Selatan memiliki pendapatan perkapita mencapai US$ 6500. “Ini menjadi tugas para pengusaha dalam membuka peluang-peluang bisnis ini,”ujar Noke.
Selain mendorong volume perdagangan, Kadin juga mengharapkan agar sektor infrastruktur dan industri strategis bisa lebih menarik minat investor dari negara Asia dan Afrika. Untruk regional Asia dan Afrika, Indonesia masih berada pada peringkat 17 dari 44 negara terkait dengan masalah infrastruktur. Hal ini diakibatkan infrastruktur yang masih minim, sehingga membuat bengkak biaya logistik dan berdampak pada produk-produk dalam negeri bersaing di pasar global. Untuk hal ini amat diperlukan pembenahan infrastruktur dan konektivitas yang terintegrasi.