Keberadaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) nampaknya tak bisa diremehkan. Meskipun terbilang kecil, ternyata IKM memiliki potensi pertahanan yang begitu besar. Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih mengatakan justru IKM yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi global sekalipun.
Tombak ekonomi kerakyatan Indonesia saat ini dikatakan Gati berada di tangan para pelaku IKM. “Meski krisis keuangan melanda dunia, produk kerajinan nasional tetap laku dan berdiri kokoh sebagai salah satu penyumbang komoditas ekspor terbesar di Indonesia,” tutur Gati di Jakarta, Jumat (24/04/2018).
Ada alasan kuat yang berada di balik hal itu. Menurut Gati, hal ini dikarenakan para peminat dan pembeli produk kerajinan nasional menghargai nilai tambah dari produk lokal. Pasalnya, produk ini mencakup aspek kesenian, budaya, dan sejarah. Peminatnya pun berasal dari berbagai kalangan, baik di dalam maupun luar negeri.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 menunjukkan terdapat 695 ribu unit usaha untuk sektor IKM kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), serta produk anyaman dari rotan, bambu,n dan sejenisnya. “Setiap tahunnya, nilai tambah IKM di sektor ini terus melonjak naik. Pada tahun 2014 nilai tambah sekitar Rp 25,356 triliun, naik menjadi Rp 26,743 triliun tahun 2015,” sebut Gati.
Nilai tambah akan kerajinan tangan ini dikatakan Gati harus terus diperkuat, salah satunya dengan menciptakan label dan kemasan yang berkelas global. “Dengan meningkatnya kreativitas pelaku usaha dalam mengembangkan desain dan kualitas produkny dapat pula meningkatkan nilai tambah dan daya saingnya. Sehingga pelaku IKM kerajinan dapat lebih mengembangkan eksistensinya baik di kancah nasional maupun internasional,” jelas Gati.
Jadi, jangan salah kaprah soal pelaku IKM. Meski tergolong kecil, mereka justru mampu bertahan sekaligus menjadi tombak ekonomi Indonesia di tengah krisis ekonomi global.
Editor: Sigit Kurniawan