Serangan siber merupakan salah satu kejahatan yang dapat dialami oleh siapa saja terutama dengan semakin banyaknya organisasi yang terhubung dengan Internet membuat jalan bagi peretas untuk bisa mengerjai suatu organisasi. Sebut saja kasus yang dialami Sony Pictures Entertainment yang menyadarkan organisasi di seluruh dunia bahwa ada bahaya yang mengancam bisnis mereka.
Selain itu, World Economic Forum 2015 di Davos menyatakan bahwa penundaan dalam penggunaan keamanan dunia maya dapat mengakibatkan kerugian hingga US$ 3 triliun pada tahun 2020. Tentu saja, ini nilai yang tidak kecil. Selain itu, data KPMG menunjukkan 79% investor global tidak akan berinvestasi di perusahaan yang pernah diretas. Apalagi, serangan dunia maya tersebut bila tidak ditangani akan berdampak buruk pada perusahaan.
Pasar-pasar yang berkembang besar nyatanya tidak luput dari intaian para penjahat siber. Semakin besar peran mereka dalam rantai pasokan global justru meningkatkan daya tarik mereka untuk menyerang melalui dunia maya. Hal ini akan dimanfaatkan para penyerang apabila tata kelola TI mereka lemah.
“Penjahat siber ini dapat menyerang institusi keuangan, perusahaan oli dan gas, serta pemerintahan untuk mengambil data-data rahasia perusahaan yang dapat berakibat fatal yaitu rusaknya reputasi perusahaan,” Lyon Poh, Partner, Cyber Security, ASEAN KPMG Singapura saat ditemui di Jakarta, Selasa (21/4/2015).
Lyon menambahkan, KPMG menemukan empat titik kelemahan pada keamanan dunia maya di pasar negara berkembang. Keempat hal tersebut, antara lain kerumitan rantai pasokan, kebutuhan untuk menekan biaya guna menarik investasi, perkembangan teknologi yang supercepat dan lambannya perusahaan mengadopsi teknologi tersebut, dan dan regulasi nasional yang lemah. Padahal, lanjut Poh, keamanan dunia maya ini dapat menjadi competitive advantage perusahaan yang dapat memperkuat reputasi di mata konsumen.
Walaupun kesadaran terhadap risiko siber di negara berkembang mulai bertumbuh, namun hingga saat ini, usaha di tingkat nasional dan regional untuk mengadopsi strategi keamanan dunia maya secara komprehensif masih lambat dan terpecah-pecah. Untuk itu diperlukan usaha bersama terutama dalam memperkuat keamanan ASEAN.
“KPMG menekankan pada enam elemen pembangunan keamanan dunia maya, yaitu menciptakan sistem sehat dalam dunia maya, membangun mekanisme layak dan tanggap, berbagi informasi dengan kelompok industri, memperkuat intelijen, menjalankan praktik yang baik, dan memiliki senior yang melakukan advokasi dan mengawasi penyebabnya,” pungkasnya.