Pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung, memberi dampak negatif pada bisnis transportasi dan fasilitas publik di dalamnya, termasuk bandara. Tak ingin hanya menunggu pandemi berakhir, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang mengakselerasikan pendapatan di tengah pandemi COVID-19 dengan mempersiapkan beragam inovasi untuk bisa bertahan dan konsolidasi melalui cost leadership action dan revenue enhancement.
Hardi Aryanto, Jenderal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang mengatakan untuk menjaga kestabilan keuangan, perusahaan menerapkan cost leadership action. Di antaranya, melakukan downsizing pemeliharaan seperti fokus pada prioritas, penundaan program nonkeselamatan penerbangan, on-off fasilitas pengunjung seperti menekan kebutuhan air dan listrik yang ada di bandara.
“Sebelum pandemi, penumpang di Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang bisa mencapai 4.200.000 penumpang. Sementara di tahun 2020 hanya sebanyak 1.200.000 penumpang atau hanya 20% dari tahun sebelumnya. Bisa dilihat minat masyarakat dalam perjalanan menggunakan transportasi jalur udara sangat menurun dilatarbelakangi dengan adanya pembatasan dan berbagai syarat yang menjadi ketentuan selama pandemi COVID-19,” ujar Hardi pada acara virtual MiClub Senin, (27/08/2021).
Lalu terkait revenue enhancement yang dilakukan ialah memanfaatkan lahan arteri seluas 3 hektar untuk pengembangan bisnis agro techno park dan agro science park. Tak hanya itu, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang turut mengoptimalisasi gedung serba guna untuk bisnis kuliner.
“Kami berharap, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani nantinya bukan hanya menjadi tempat transit untuk masyarakat datang dan pergi. Tetapi, dapat menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi dan bersantai,” tutup Hardi.
Editor: Eko Adiwaluyo