Tidak seperti daerah lain, Kota Jambi bukanlah daerah yang kaya dengan sumber daya alam, seperti hutan maupun tambang. Kota ini juga tidak menyediakan bahan baku. Tetapi, Kota Jambi memosisikan diri sebagai pusat niaga dan jasa. Selain menjadi destinasi dagang, kota ini juga mengolah bahan-bahan baku dari daerah lain untuk menjadi produk-produk bernilai ekonomi tinggi.
Hal tersebut disampaikan oleh Syarif Fasha, Wali Kota Jambi kepada Marketeers saat penjurian Adipura di Jakarta. “Kami ingin mencontoh Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam tetapi menjadi sentra niaga dan jasa yang diperhitungkan,” kata Syarif.
Inovasi menjadi langkah mendasar bagi Kota Jambi untuk memajukan dirinya. Salah satunya adalah inovasi di bidang pelayanan publik dengan semangat One Agency One Innovation. Kota Jambi memiliki inovasi Klinik Lansia. Klinik ini unik karena memberi pelayanan khusus lansia. Tidak hanya layanan pengobatan, tetapi juga konsultasi, penyuluhan, dan motivasi.
Selain itu, terkait dengan city branding, Syarif ingin mengangkat Kota Jambi sebagai pusat kesehatan dan pendidikan, khususnya di wilayah provinsi.
“Di wilayah ini, kami ingin menjadikan Jambi sebagai pusat kesehatan. Jadi, masyarakat belum merasa sembuh kalau belum berobat di Kota Jambi. Juga jadi pusat pendidikan sehingga banyak orang bangga bisa sekolah di kota ini,” kata Syarif.
Kota Jambi juga berupaya memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk membangun smartcity. Kota Jambi berkolaborasi dengan para operator, misalnya, untuk membangun sistem kontrol yang mendukung pengelolaan sampah.
“Kami menyusun sistem agar bisa melihat titik-titik sampah agar mudah dikelola. Targetnya, sistem ini sudah jalan tahun depan,” katanya.
Selain itu, untuk memperkuat konektivitas, Kota Jambi juga sedang membangun bandara maupun tempat persinggahan kereta api. Tujuannya, semakin banyak investor datang ke kota tersebut dan pembangunan kota makin meluas.