Moda transportasi yang mumpuni akan turut membantu perubahan positif dari sebuah kota yang modern. Hal ini disadari betul oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, sebagai bagian dari denyut kehidupan masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Tiap harinya, PT KAI Commuter Jabodetabek mengangkut sekitar 850.000 penumpang, terutama di saat hari kerja. Relasi Bogor dan Depok menjadi penyumbang penumpang terbesar, hingga 75% dari jumlah relasi tiap harinya.
Melihat tingginya volume penumpang, manajemen Commuter Line terus mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan penumpangnya. Tujuannya agar mereka bisa meningkatkan pelayanan.
Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek M.N Fadhila menjelaskan, saat ini Commuter Line sedang menyiapkan penambahan armada untuk relasi di wilayah barat seperti Serpong, Maja, dan Rangkas. Sebab, pemukiman-pemukiman baru sedang tumbuh pada wilayah itu. Tentunya peluang ini harus dengan cepat diantisipasi oleh Commuter Line.
“Hal Ini kami antisipasi dengan cara berkelanjutan memasarkan Commuter Line di sana. Kebutuhan transportasi ini vital. Sebab, tidak ada penumpang yang loyal terhadap satu moda transportasi,” tambah Fadhila.
Fadhila menyadari bahwa saat ini masalah ketepatan waktu masih menjadi fokus utama dan masih akan terus dibenahi. Sembari masalah ketepatan waktu teratasi, PT KAI Commuter Jabodetabek menyadari bahwa penumpang membutuhkan akses informasi yang cepat dan tepat. Karenanya, PT KAI Commuter Jabodetabek meluncurkan KRL Access sebagai portal informasi mengenai jadwal keberangkatan armada mereka.
Selain itu, PT KAI Commuter Jabodetabek juga menjadi pionir dalam metode pembayaran non tunai. Beragam infrastruktur diinvestasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, mulai dari varian kartu multi trip dari kartu biasa, gelang, hingga stiker. Bahkan, Fadhila menargetkan bakal ada 450 vending machine yang terletak di stasiun hingga akhir 2017.
“Ini akan berdampak pada penutupan loket. Kami akan sisakan 1-2 loket tapi tidak untuk melayani transaksi harian. Hanya untuk menjual kartu multi trip dan informasi,” tegasnya.
Selain mempromosikan layanan Commuter Line kepada penumpang, Fadhila juga jeli dalam melihat peluang menjadikan rangkaian gerbong commuter sebagai sarana beriklan dan promosi merek. “Kami menawarkan branding eksterior dan interior. Saat peak hour, kami membawa 3.000 orang dalam durasi 1-1,5 jam. Ada 3.000 penumpang dipaksa melihat apa yang ada di dalam kereta, semacam cuci otak. Itu keunggulan space iklan interior yang kami punya,” jelas Fadhila.
Sebagai bagian dari kota modern, Fadhila menilai masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek. “Kami ini bagian dari kota. Tidak ada modernisasi kota tanpa diiringi dengan transportasi modern. Kami akan terus berbenah diri untuk menjadi bagian penting dalam transportasi perkotaan,” pungkasnya.
Editor: Sigit Kurniawan