Inovasi dan Kolaborasi, Kunci Sukses Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia semakin pesat beberapa tahun belakangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan berhasilnya tiga universitas islam di Indonesia yang berasal dari Perguruan Tinggi Muhamadiyah (PTM) yang masuk ke jajaran 500 Universitas Terbaik se Asia 2021 versi QS Ranking. Ini menunjukkan bahwa perkembangan perguruan tinggi islam di Indonesia semakin berkembang dari waktu ke waktu.
Andy Dwi Bayu Bawono, Wakil Bendahara Majelis Pendidikan Tinggi & Litbang Muhammadiyah mengatakan bahwa Muhammadiyah selalu berinovasi dan berusaha mengikuti apa yang menjadi tren di pasar. Itu yang membuat Muhammadiyah berhasil berkembang. Apalagi, Muhammadiyah saat ini memiliki 164 PTM yang dikelola.
“Dalam beberapa tahun belakangan ini, kami berupaya untuk mewujudkan konsep good university government, ini kami tekankan. Kami mencoba membuat sesuatu yang baru. Sebagai contoh, di beberapa kampus kami punya jurnal yang di terjemahkan ke berbagai bahasa,” kata Andy dalam acara Muharram Marketing Festival 2021 yang bertajuk The Next Marketing of Islamic Education Business.
Selanjutnya, dikarenakan Muhammadiyah memiliki 164 PTM dengan kondisi yang berbeda-beda, Muhammadiyah seringkali melakukan kolaborasi antar perguruan tinggi. Dengan membuat tim asistensi serta menjalankan konsep self assessment, merupakan salah satu upaya untuk mendorong dan membimbing perguruan tinggi baru dalam menaikkan akreditasinya, ataupun menambah prodi baru.
“Kami menjalankan konsep self assessment yang memiliki beberapa bidang di kampus. Ada yang mengontrol akreditasi hingga tata kelola kampus. Kami juga memiliki tim asistensi yang berkecimpung di penjaminan mutu yang mengontrol dan membina proses akreditasi maupun penambahan prodi,” sahut Andy.
Selain hal tersebut, Muhammadiyah juga memiliki dana yang khusus disisihkan untuk membantu perguruan-perguruan tinggi dibawah naungan Muhammadiyah. Dana tersebut bermacam-macam sifatnya, namun khusus dipakai untuk mendukung perguruan tinggi baru ataupun yang kekurangan dana.
“Kami punya dana khusus. Ada yang sifatnya pinjaman, sifat uang tidak kembali, dan ada pula yang sifatnya biaya admin khusus pengelolaan. Itu semua kita pakai untuk saling mendukung perguruan tinggi Muhammadiyah supaya bisa maju bersama,” jelas Andy.
Untuk menghadapi perkembangan zaman, Andy mengatakan bahwa Muhammadiyah sedang mengupayakan untuk menyatukan data semua mahasiswa perguruan tinggi di bawah naungan Muhammadiyah. Dikarenakan hal tersebut membutuhkan server yang besar, Muhammadiyah masih mengupayakan untuk menuju ke arah tersebut.
“Kami sudah mulai mengarah ke satu data tersebut dan sudah menyelenggarakan ujian masuk besama. Kami baru memiliki summary data dari masing-masing perguruan tinggi. Untuk data detailnya masih di perguruan tinggi masing-masing, tetapi tetap kami kontrol,” tutup Andy.
Editor: Eko Adiwaluyo